Rahmad Maulidar

Rahmad Maulidar
Tgk. Rahmad Maulidar, S.Pd.I

Jumat, 21 Oktober 2016

MAKALAH : Latar Belakang Penggunaan Pembelajaran di PAUD

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar bagi kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga upaya pengembangan seleuruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Hal tersebut merupakan hak bagi anak, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak, yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berprestasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasi dari hak tersebut, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru/tutor sebagai ujung tombak pendidikan anak usia dini harus mampu mengembangkan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang mampu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik, maupun perkembangan mental-emosionalnya. Dalam hal ini, pemilihan dan penyusunan model dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sarana belajar yang tersedia. 
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengkaji berbagai metode pembelajaran yang sesuai untuk pendidikan anak usia dini. Metode-metode tersebut kemudian dianalisis baik kelebihan maupun kelemahannya, sehingga dapat diperoleh mana metode yang sesuai dengan pendidikan anak usia dini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasatkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan malah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana latar belakang penggunaan pembelajaran di pendidikan anak usia dini?
2.    Metode-metode pembelajaran apa saja yang biasa dilakukan dalam pembelajaran anak usia dini?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana latar belakang penggunaan pembelajaran di pendidikan anak usia dini?
2.      Untuk mengetahui metode-metode  pembelajaran apa saja yang biasa dilakukan dalam pembelajaran anak usia dini?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penegrtian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
1.      Penegrtian
Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.
Menurut Vigotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Disisi lain Greeberg menyatakan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.
2.      Tujuan
Secara umum pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah anak di harapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya antara lain agama, intelektual, sosial, emosi, dan fisik. Juga memiliki dasar-dasar aqidah yang harus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang diharapkan. Selain itu anak diharapkan menguasai sejumlah pengetahuan dan keteramilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan positif.
3.      Fungsi
Sesuai dengan rumusan tujuan di atas, dapat dikemukakan bahwa secara garus besar terdapat lima fungsi utama pendidikan prasekolah, yakni:
1.      Fungsi pengembangan potensi
2.      Fungsi penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan
3.      Fungsi pembentukan dan pembiasaan prilaku yang diharapkan.
4.      Fungsi pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.
5.      Fungsi pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Lima fungsi pendidikan prasekolah tersebut sebenarnya susah untuk dipisahkan satu sama lain karena semuanya merupakan sesuatu yang saling terjalin dan bersifat terpadu dalam perwujudannya. Namun untuk kepentingan penjelasan, lima fungsi pendidikan prasekolah tersebut perlu dinyatakan secara ekplisit agar para pendidi atau guru prasekolah tidak melupakan atau mengabaikan salah satu di antaranya.

B.     Konsep Dasar Pembelajaran Anak Usia Dini
Konsep dasar pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya anak belajar melalui bermain, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain sambil belajar, artinya anak belajar melalui cara-cara yang menyenangkan, aktif dan bebas. Bebas artinya tidak didasarkan pada perintah atau target orang lain serta memiliki keleluasaan kapan mulai dan kapan berakhir. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Agar suasana belajar tidak memberikan beban dan membosankan anak, suasana belajar perlu dibuat secara alami, hangat dan menyenangkan. Aktivitas bermain yang memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya merupakan hal yang diutamakan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai objek dalam kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Akibat jika pembelajaran anak usia dini tidak sesuai dengan prisnip “belajar melalui bermain” maka anak akan mengalami tahab perkembangan yang kurang optimal, yang berakibat anak akan memiliki sikap cenderung bermusuhan. Proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut :
a.         Berangkat dari yang dimiliki anak.
Setiap anak membawa segala pengetahuan yang telah dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan pengetahuan baru, maka pembelajaran itu akan membosankan. Pengalaman belajar hendaknya mengandung sebagian unsur yang sudah dikenal oleh anak dan sebagian lainnya merupakan pengalaman yang baru.
b.         Belajar harus menantang pemahaman anak.
Untuk memastikan terjadinya pengembangan pada anak, aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan pertama, maka anak diberikan tantangan berikutnya yang lebih sulit dari pertama. Jika anak tidak dirangsang dengan tantangan berikutnya, maka selain anak bosan akan menyebabkan pemahaman anak tidak akan berkembang dengan optimal.
c.         Belajar dilakukan sambil bermain.
Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekpresi- kan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia hidup, dan dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari dalam diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata atau sesungguhnya, berfokus pada proses daripada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta melibatkan peran aktif dari pemain.
d.        Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran.
Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Robin Dranath Tagore menggunakan model pembelajarannya hampir 90 % kegiatannya dilakukan dengan berinteraksi dengan alam. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari.
e.         Belajar dilakukan melalui sensorinya.
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau inderawinya yaitu: peraba, pencium, pendengar, penglihat dan perasa. Setiap sensori anak akan merespon stimulan atau rangsangan yang diterima. Oleh karenanya pembelajaran hendaknya memberikan stimulasi yang dapat merangsang setiap sensori yang dimiliki anak.
f.          Belajar membekali keterampilan hidup.
Belajar harus dapat membekali anak untuk memiliki keterampilan hidup (lifeskill) sesuai dengan kemampuan anak, dengan demikian anak diajarkan untuk memiliki kemandirian dan rasa tanggungjawab terhadap dirinya. Misalnya mampu memakai sepatu, menyisir rambut, makan dan minum sendiri, dan sebagainya.
g.         Belajar sambil melakukan.
Student Avtive learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang diilhami oleh John Dewey (learning by doing) dan diteruskan oleh Killpatrik dengan pengajaran proyek. Pembelajaran proyek sangat memberikan kesempatan pada anak untuk aktif, mau bekerja dan secara produktif menemukan berbagai pengetahuan baru.

C.   Model Pembelajaran Anak Usia Dini
Dasar penyusunan model pembelajaran anak usia dini adalah silabus yang dikembangkan menjadi: program semester, satuan kegiatan mingguan, satuan kegiatan harian. Oleh karena itu model pembelajaran merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan peserta didik sesuai RKH yang telah dibuat.
Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:

1.        Model Pembelajaran Klasikal
Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara individu.
2.        Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema.
3.        Model pembelajaran berdasarkan sudut
Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4.        Model pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak.
5.        Model pembelajaran berdasarkan sentra
Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain: bermain sensori motor/fungsional, bermain peran, bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Bermain sensorimotor adalah permainan menangkap rangsangan melalui penginderaan dan menghasilkan gerakan sebagai reaksi. Anak belajar melalui pancaindera dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Misal : menakar air, meremas kertas bekas, menggunting, dan lain-lain.
Bermain peran :bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah dimiliki.  
Bermain konstruktif : menunjukkan pemikiran, ide dan gagasan menjadi karya nyata. Bermain konstruktif sifat cair (air, pasir, spidol dan lain-lain). Sedangkan bermain konstruktif (balok-balok, lego, dan lain-lain).

6.        Model pembelajaran berdasarkan sentra
Sentra bermain terdiri dari :
a.       Sentra bahan alam dan sains.
Bahan-bahan yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong, ember, dan lain-laian
b.      Sentra balok
Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur.
c.       Sentra seni
Bahan-bahan yang diperlukan diarea ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potongan-potongan bahan/gambar.
d.      Sentra bermain peran.
Sentra bermain peran terdiri dari, sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya, menggunakan boneka maket meja kursi, rumah-rumahan dan sebagainya..
e.       sentra persiapan.
Bahan yang ada pada sentra ini adalah, buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap-cakap dan persiapan menulis, berhitung.
f.       sentra agama.
Bahan-bahan yang disiapkan adalah maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku-buku cerita keagamaan dan sebagainya.
g.      sentra musik.
Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya: botol beling/kaca, tempurung kelapa, rebana, tutup botol, triangle dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.      Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
2.      Terdapat beberapa metode yang biasanya diterapkan pada anak usia dini, antara lain : bermain, bercerita, bernyanyi, bercakap ( dialog dengan tanya jawab ), karya wisata, praktik langsung, bermain peran ( sosio-drama ), penugasan dan metode lainnya yang dianggap mampu mendorong pembelajaran anak usia dini sehingga mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Tidak satupun metode pembelajaran yang lebih unggul daripada yang lainnya. Semua metode baik asal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan ketersediaan sarana belajar anak.

B.    Saran
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan maupun pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di kemudian harinya. Terimakasih..
untuk file Presentasi Power Point dapat di download di:


DAFTAR PUSTAKA

Agus Ruslan. 2007. Pendidikan usia Dini yang Baik, Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan. Darul ma’arif:Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 2002. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). Depdiknas:Jakarta.





http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com
Lokasi: Aceh Indonesia Banda Aceh, Banda Aceh City, Aceh, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar