Rahmad Maulidar

Rahmad Maulidar
Tgk. Rahmad Maulidar, S.Pd.I

Kamis, 21 Januari 2016

MAKALAH : Stimulasi Pengembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia 3 - 6 Tahun

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Emosi anak-anak prasekolah diungkapkan secara bebas. Dalam usia 3 tahun, anak-anak mengalami banyak rasa takut, seperti takut terhadap binatang, monster dan mungkin juga terhadap "serigala besar yang jahat". Karena mereka memunyai kesulitan untuk membedakan antara fakta dengan khayalan, mereka perlu diyakinkan berulang-ulang oleh orang tua mereka. Anak usia prasekolah juga sering merasa khawatir, iri hati, ingin tahu, senang, dan sayang.
Antara usia 3 sampai 6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan mulai bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil. Mereka masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang telah disebutkan, maka dalam makalah ini kelompok kami ingin mengambil rumusan masalah untuk membatasi dari pembahasan yang akan kita pahami nantinya. Rumusan masalah tersebut berupa:
1.      Bagaimana perkembangan anak secara umum pada usia 3-6 tahun?
2.      Bagaimana perkembangan sosial emosional anak pada usia 3-6 tahun?
3.      Bagaimana stimulasi yang baik terhadap perkembangan sosial emosional anak pada usia 3-6 tahun?

C.    Tujuan Pembahasan
Yang menjadi tujuan dari pembahasan makalah kami yaitu untuk mengetahui:
1.      Bagaimana perkembangan anak secara umum pada usia 3-6 tahun!
2.      Bagaimana perkembangan sosial emosional anak pada usia 3-6 tahun!
3.      Bagaimana stimulasi yang baik terhadap perkembangan sosial emosional anak pada usia 3-6 tahun!


  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Anak Secara Umum
Pengembangan sosial-emosional merupakan suatu proses yang panjang dan kompleks karena Suatu keadaan yang kompleks serta menyeluruh yang dapat berupa perasaan atau pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang dalam jangka waktu yang lama.
Beberapa strategi yang dapat di lakukan guru/ pendidik anak usia dini dalam pengembangan social-emosional anak usia dini adalah:
1.      Bermain dan bekerjasama.
Contoh: guru mengajak anak bermain bersama-sama, dengan anak bermain bersama maka akan terjalin sosialisasi anak dengan temannya di saat anak mau berbagi dengan temannya.
2.      Berdialog dan bernegosiasi.
Contoh: disaat bermain anak berkomunikasi dengan teman sebayanya dan bernegosiasi.
3.      Model perilaku sosial.
Contoh: Guru sebagai model dalam pengembangan sosial emosional anak usia dini, karena anak usia dini cendrung meniru dan melakukan tingkah laku gurunya, jadi sebagia pendidik harus mejadi model yang baik untuk siswanya.
4.      Latihan menunjukkan perhatian.
Contoh: Guru mengajarkan anak memperhatikan orang lain, misalnya seorang anak kehilangan pensil, dan anak yang lain memiliki pensil kepada temannya, dengan demikian akan timbul sikap empati terhadap orang lain.
5.      Penguatan prilaku social,
Contoh: Guru harus memberikan penguatan kepada anak, karena itu dapat mengembangkan sosial emosional anak, misalnya anak melakukan perbuatan yang baik terhadap temannya, seorang guru harus memuji pernuatan anak tersebut, agar anak itu melakukan perbuatan yang baik tersebut seterusnya.
Anak usia dini menunjukkan perkembangan emosional yang khas, Kekhasan perkembangan emosional dari segi bentuk emosi yang terjadi pada awal masa kanak-kanak yang di kemukakan oleh Hurlock adalah Amarah. Marah sering terjadi sebagai reaksi terhadap frustasi, sakit hati dan merasa terancam karena apa yang hendak di capai itu tidak dapat tercapai. Contoh: Anak akan marah apabila ia sedang bermain dengan temanya maka mainan itu diambil oleh temannya maka mainan itu diambil oleh temannya maka ia akan marah, maka timbul lah reaksi sakit hatinya, pada masa ini anak masih bersifat egosentris, anak ingin menang sendiri..

           Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dapat di uraikan seperti beriku:


1) Faktor Teman Sebaya
Makin bertambah umur anak makin memperoleh kesempatan lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman sebayanya.

2) Budaya
Bagi perkembangan anak didik keragaman budaya sangat besar pengaruhnya bagi menta dan moral mereka.

3) Media masa
Dengan adanya media masa seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat.

4) Pendidikan
Baik pendidikan keluarga, pendidikan formal, disekolah maupun pendidikan di masyarakat.

        Selain empat faktor yang telah disebutkan, ada juga faktor internal lain yang mempengaruhi perkembangan individu antara lain:

1) Kondisi individu
Individu berkembang sangat dipengaruhi kondisi kesehatan fisik dan psikisnya. Faktor hereditas (keturunan) dari mana individu itu berasal sangat menenutukan perkembangannya.

2) Kemampuan penyesuaian pribadi dan sosial individu
Kemampuan penyesuaian diri berkaitan dengan bagaimana individu itu menempatkan diri dalam lingkungan. Jika individu itu dapat diterima di lingkungannya, akan membuat perkembangannya optimal. Begitu pula sebaliknya jika anak ditolak oleh lingkungannya akan menjadikan anak bermasalah sehingga menghambat perkembangannya.

B.     Perkembangan Anak Di Usia 3 – 6 Tahun
1.      Perkembangan Psikoseksual (Freud)
Usia pra sekolah ini termasuk fase falik, genetalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Di sini mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki, dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin, pada fase ini anak sering meniru ibu dan ayahnya. Misalnya dengan pakaian ayah/ ibunya secara psikologis pada fase ini mulai berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentrisnya.
2.      Perkembangan Psikososial
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan dengan kemampuan indranya. Arah mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasi. Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidk puas atas perkembangan yang tidak tercapai.
Ericson menyatakan kritis yang dihadapi anak usia antara 3 - 6 tahun  Inisiatif dengan sangat merasa bersalah.
1)      Orang terdekat anak usia pra sekolah adalah orang tua.
2)      Rasa takut yang sering terjadi antara lain : kegelapan, ditinggal sendiri, binatang besar, hantu, rasa nyeri, atau mutilasi tubuh.
3.      Sosialisasi
a)      Hubungannya dengan orang lain selain orang tua termasuk kakek, nenek, saudara, dan guru - guru yang ada di sekolah.
b)      Anak memerlukan interaksi yang baik dengan teman yang sebaya untuk membantu mengembangkan ketrampilan sosial.
c)      Tujuan utama anak usia prasekolah adalah membantu mengembangkan ketrampilan sosial anak.
4.      Bermain dan mainan
a)      Permainan anak usia prasekolah biasanya bersifat asosiatif, interaktif, dan kooperatif.
b)      Anak usia pras sekolah memerlukan hubungan dengan teman.
c)      Aktivitas harus meningkatkan pertumbuhan dan ketrampilan motorik seperti : Melompat, berlari, dan memanjat.
d)     Permainan imitasi imajinatif, dan dramatis sangat dibutuhkan untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 3 - 6 tahun.
e)      Perkembangan motorik
1)      Motorik kasar
Anak usia pra seolah dapat mengendarai sepeda roda tiga, melalui tangga, melompat, berdiri satu kaki selama beberapa menit.
2)      Motorik halus
Keterampilan motorik halus menunjukkan perkembangan utama yang di tujukan dengan meningkatnya kemampuan menggambar.
Perkembangan motorik tersebut sangat berhubungan erat dengan kondisi fisik dan intelektual anak serta berlangsung secara bertahap tetapi memiliki alur kecepatan perkembangan yang berbeda pada setiap anak. Kemampuan motorik setiap anak berbeda, pada umumnya anak yang mempunyai kemampuan motorik halus baik mengalami kemampuan motorik kasar yang kurang baik begitu juga sebaliknya. Secara umum terdapat kelompok anak dengan kemampuan motorik halus lebih dominan dan kemampuan motorik kasar lebih dominan.

C.    Stimulasi Sosio-Emosional Pada Anak 3 – 6 Tahun.

           Perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual, ke arah interaktif komunal. Pada mulanya anak bersifat egosentrik, hanya dapat memandang dari satu sisi, yaitu dari dirinya sendiri. Ia tidak mengerti bahwa orang lain bisa berpandangan berbeda dengan dirinya,maka pada usia 2-3 tahun anak masih suka bermain sendiri. Selanjutnya anak mulai berinteraksi dengan anak lain, mulai bermain bersama dan tumbuh sifat sosialnya. Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kopetensi sosial dan tanggung jawab sosial. Kopetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan mainan yang sedang ia gunakan, ia mau bergantian. Adapun tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, dan memperhatikan lingkungannya.

         Emosi merupakan perasaan atau efeksi yang melibatkan perpaduan antara gejolak fisiologis dan perilaku yang terlihat. Seiring dengan bertambahnya usia anak, maka perkembangan sosio-emosional dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana anak melakukan sosialisasi. Perkembangan emosional bagi anak merupakan sesuatu yang penting, bahkan lebih penting dari sekedar perkembangan kognitif.

        Para pakar telah menyakini bahwa IQ (kecerdasan otak) ternyata hanya memberi kontribusi 20%, sedangkan yang lainnya adalah kecerdasan emosional (EQ), menurut Goleman kecerdasan intelektual tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Orang-orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan memiliki kemampuan sosial secara mantap, mudah bergaul, ramah, tidak mudah takut atau gelisah dan bersikap tegas dalam mengungkapkan perasaan mereka.

        Adanya sifat egoisentrisme yang tinggi pada anak disebabkaan anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Menurut anak, orang lain berpikir sebagaimana ia berpikir,hal itu ditunjukkan dari pola bermain pada anak. Sampai usia tiga tahun anak lebih banyak bermain sendiri (soliter play), baru kemudian mereka mulai bermain sejenis (parallel play), mulai bermain karena melihat temannya bermain (on looking play) dan kemudian bermain bersama (cooperative play).

          Ada beberapa aspek perkembangan sosio-emosional yang perlu dikembangkan pada anak usia dini. Belajar bersosialis diri, yaitu usaha mengembangkan rasa percaya diri dan rasa kepuasan bahwa dirinya diterima dikelompoknya. Belajar berekspresi diri, belajar mengekspresikan bakat, pikiran dan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh keberadaan orang dewasa. Belajar mandiri dan berdiri sendiri lepas dari pengawasaan orang tua atau pengasuh. Belajar bermasyarakat, menyesuaikan diri dengan kelompok dan mengembangkan keterbukaan. Belajar bagaimana berpartisipasi dalam kelompok, bekerja sama, saling membagi, bergiliran, dan bersedia menerima aturan-aturan kelompok. Belajar mengembangkan daya kepemimpinan anak. Maka keluargalah berperan penting untuk mendidik anak tersebut. 

       Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.

          Kemampuan sosio-emosional yang harus dikuasai anak usia 3 – 4 tahun adalah sebagai berikut: anak dapat menunjukkan ekspresi wajar saat marah, sedih, takut, dan sebagainya, bisa menjadi pendengar dan pembicara yang baik, membereskan mainan setelah selesai bermain, sabar menunggu giliran dan antri, mengenal peraturan dan mengikuti peraturan, mengerti akibat jika melakukan kesalahan, memiliki kebiasaan yang teratur.

          Sementara anak yang berusia 4 – 5 tahun mulai mengerti bahwa pengungkapan emosi ekstrem bisa mempengaruhi orang lain di sekitarnya. Yaitu sianak mulai mengembangkan rasa humornya dan mulai mengembangkan perasaan empati.

        Begitu pula anak yang berusia 5 – 6 tahun, sianak mulai mampu mengatur emosi yang dirasakan dan mengungkapkan perasaan dengan cara dari segi sosial lebih bisa diterima. Kekerasan fisik dan ledakan amarah berkurang, karena dia sudah mulai mampu mengungkapkan perasaan lewat kata-kata.





BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan

ü Antara usia 3 sampai 6 tahun, anak-anak menambah ribuan kata dalam kosakata mereka dan mulai bernalar dengan konkret. Namun, mereka tetap hidup dalam dunia yang kecil. Mereka masih berpikir bahwa sebagian besar peristiwa pada satu segi berpusat pada mereka, dan bahwa hampir semua orang melihat sesuatu seperti cara mereka.

ü Pengembangan sosial-emosional merupakan suatu proses yang panjang dan kompleks karena Suatu keadaan yang kompleks serta menyeluruh yang dapat berupa perasaan atau pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang dalam jangka waktu yang lama.

ü Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dapat di uraikan seperti berikut: Faktor Teman Sebaya, Budaya, Media masa, dan Pendidikan.

ü Selain empat faktor yang telah disebutkan, ada juga faktor internal lain yang mempengaruhi perkembangan individu antara lain: Kondisi individu dan Kemampuan penyesuaian pribadi dan sosial individu.

ü Kemampuan yang ingin dicapai dalam aspek pengembangan sosio-emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, menghargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu mengembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, kontrol diri, dan rasa memiliki.


B.   Saran
          Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan maupun pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di kemudian harinya. Terimakasih..




DAFTAR KEPUSTAKAAN



Agus Ruslan. 2007. Pendidikan usia Dini yang Baik, Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan. Darul ma’arif: Bandung.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas: Jakarta.

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 2002. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). Depdiknas: Jakarta.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.

Hadis, F.A. 1996. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek Pendidikan Tenaga Guru Ditjen 
          Dikti Depdikbud.

Seefeldt, C. & Wasik, B. A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini : Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta : Indeks.

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jilid 1. Jakarta : Erlangga
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com