Rahmad Maulidar

Rahmad Maulidar
Tgk. Rahmad Maulidar, S.Pd.I

Jumat, 11 November 2016

MAKALAH : Lingkungan Belajar



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang

Istilah pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua orang, terlebih lagi di era globalisasi yang dikenal dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) seperti sekarang ini. Berkembangnya IPTEK diikuti dengan berkembangnya pola pemikiran masyarakat. Pada perkembangan pemikiran masyarakat seperti sekarang ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sebab, persaingan untuk mempertahankan hidup semakin ketat dengan sulitnya lapangan pekerjaan sebagai modal untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan. 

Kegiatan belajar adalah suatu proses interaksi sosial antara pendidik (guru) dan peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran. Guru memiliki peran yang sangat penting, bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai panutan, pemberi motivasi, penyeleksi dan pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus membuat kelas menjadi menarik dan menyenangkan sehingga kelas menjadi kondusif dan efesien dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 

Terpenuhinya fasilitas belajar seperti sarana prasarana dalam belajar dan adanya kondisi lingkungan belajar yang baik dapat mendukung proses pembelajaran sehingga kegiatan berlangsung secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat meningkatan prestasi belajar siswa. Telebih lagi dewasa ini semakindirasakan betapa pentingnya peranan fasilitas dan lingkungan yang baik dalam pembelajaran agar tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun, pentingnya keberadaan fasilitas dan lingkungan yang baik, seringkali terabaikan. Hal ini, terbukti dengan seringnya pemberitaan baik di media cetak maupun media elektronik mengenai potret buram pendidikan di tanah air.Dalam pemberitaan tersebut sering kali mengeluhkan adanya bangunan sekolahyang roboh atau rusak dan ironisnya yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.

Hal tersebut tentunya akan sangat menghambat proses belajar karena proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik. Jika proses belajar tidak dapat berlangsung dengan baik dan lancar, maka tujuan dari pembelajaran juga tidak akan dapat tercapai dengan baik. Hal ini juga akan berdampak pada prestasi siswa yang nantinya merujuk pada kualitas lembaga sekolah dan pada akhirnya pemerintah. Fasilitas danlingkungan belajar merupakan faktor yang sama-sama berasal dari luar diri siswa yang biasanya berpengaruh secara tidak langsung terhadap peningkatan prestasi siswa. Akan tetapi, tidak tersedianya fasilitas dan lingkungan belajar yang baik dapat menjadi masalah dan penghambat proses belajar dan pencapaian prestasi belajar yang baik oleh karena terabaikan ketersediaannya. Pencapaian prestasi belajar yang baik menunjukkan keberhasilan dalam proses pembelajaran, begitu juga sebaliknya tidak tercapainya prestasi belajar yang baik menunjukkan kurang berhasilnya dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pemenuhan dan pengelolaan fasilitas dan lingkungan belajar yang baik untuk kelancaran proses belajar perlu diperhatikan oleh setiap sekolah. Sebab, terpenuhinya fasilitas dan lingkungan yang baik, dapat meminimalisir kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Tingkat kesulitan belajar yang rendah, menciptakan kelancaran proses belajar sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. 

Berhasil tidaknya pembelajaran didalam kelas ternyata sangat didukung oleh faktor lingkungan. Lingkungan itu bisa berupa lingkungan dikeluarga, masyarakat dan tentunya sekolah. Lingkungan juga mempengaruhi hubungan sosial, belajar dan psikologis peserta didik. Untuk itu, lingkungan seharusnya juga menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar.

Berdasarkan hal tersebut, kami ingin membahas lebih dalam mengenai lingkungan sebagai salah satu faktor penentu prestasi peserta didik




BAB II
PEMBAHASAN



Defenisi Operasional

a. Psikologi yang istilah lama disebut ilmu jiwa berasal dari kata bahasa Inggris Psycology. Kata psychology berasal dari bahasa Greek (Yunani) yaitu psyche (jiwa) dan logos(ilmu).Gleitman (1986) mendefenisikan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia.Menurut Bruno(1978) membagi pengertian psikologi yang saling berhubungan. Psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. 

b. Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efesien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajement atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan (Arikunto,1990). Menurut Hamalik (1987) kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan bersama yang mendapat pengajaran dari guru.

c. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar pesertadidik yang dapat membuat peserta didik merasa senang, aman, nyaman dantermotivasi untuk belajar yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungankeluarga, dan lingkungan masyarakat.Lingkungan menurut Webster’s, New Collegiate Dictionary diterangkan sebagai “the aggregate of all the external conditions and influences affecting the life and development of an organism” Atau diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme” (dalamHadikusumo, 1996:74)


1. Pengertian lingkungan belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.

Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.

Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagailingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisidan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan (Hadikusumo,1996:74). Sedangkan lingkungan pendidikan menurut Tirtarahardjadan La Sulo (1994:168) adalah latar tempat berlangsungnyapendidikan. 

Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus didalam dan diluar diri individhu, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Setain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) ialah meliputi kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.

Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di atas dapatdisimpulkan bahwa yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempatberlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luarterhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.


2. Jenis-jenis lingkungan belajar

Menurut Sertain, lingkungan dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut

a. Lingkungan alam atau luar (external or physical environment)

Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya.

Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.


b. Lingkungan dalam (internal environment)

Lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar atau alam. akan tetapi, makanan yang sudah dalam perut kita, kita katakan berada antara external dan internal environment kita.


c. Lingkungan sosial atau masyarakat (social environment)

Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial.Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:

- Mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak tinggal.
- Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan kecamatan.


Menurut Ki Hajar Dewantara, Macam-Macam lingkungan pendidikan mencakup

1) lingkungan keluarga, 
2) lingkungan sekolah, dan 
3) lingkunganmasyarakat (Munib, 2004:76). 

Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati membagi lingkungan yang dihadapioleh seroang anak pada pokoknya dibedakan menjadi:

a. Lingkungan Dalam, merupakan lingkungan yang ada di dalam peserta didik.

b. Lingkungan Phisik, merupakan lingkungan yang ada disekitar anak yang meliputi, jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, keadaan tanah, rumah dan juga benda padat.

c. Lingkungan Budaya, merupakan lingkungan yang berwujud kesusastraan, kesenian, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.

d. Lingkungan Sosial, merupakan lingkungan yang berwujud manusia dan hubungannya dengan atau antar manusia di sekitar anak.

e. Lingkungan Spiritual, merupakan lingkungan yang berupa agama, keyakinan, yang dianut masyarakat disekitarnya dan ide- ide yang muncul dalam masyarakat dimana anak hidup


3. Pengaruh lingkungan belajar tehadap hubungan sosial, belajar, dan psikologi

a. Pengaruh Lingkungan Terhadap Hubungan Sosial

~ Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial.

Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.


~ Perkembangan aspek keterampilan sosial

Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia ingin menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.Anak-anak dapat membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.


b. Pengaruh lingkungan belajar tehadap hubungan belajar

Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.

Dari hasil analisis data secara simultan terbukti bahwa terdapathubungan yang substansial antara fasilitas belajar dan lingkungan belajardengan prestasi belajar siswa. Dengan kata lain, terdapat hubungan yang cukuptinggi antara fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajarsiswa. Bila ditinjau dari nilai signifikansinya, maka fasilitas belajar danlingkungan belajar sama-sama memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar.Dari nilai koefisiennya dapat dilihat bahwa fasilitas belajar dan lingkunganbelajar memiliki pengaruh positif terhadap prestasi belajar. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa makin baik fasilitas belajar dan lingkungan belajar


c. Pengaruh lingkungan belajar terhadap psikologis

Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.


4. Prinsip-prinsip psikologis dalam pengelolaan kelas 

a. Pengertian pengelolaan kelas

Secara umum faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan. Yaitu faktor intern anak didik dan faktor ekstern anak didik. Faktor intern berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Faktor ekstern anak didik terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan anak didik, pengelompokkan anak didik, jumlah anak didik dikelas dsb (Rohani, 2004).Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajement atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan (Arikunto,1990). Menurut Hamalik (1987) kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan bersama yang mendapat pengajaran dari guru. 

Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradional ini mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk kelompok anak didik menurut tingkat perkembangannya yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, sebagai satu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.

Jadi dapat disimpulkan, pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.


b. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas harus diketahui dan dikuasai oleh guru. Berikut uraian mengenai prinsip-prinsip uraian kelas

1. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.Hangat mempunyai beberapa arti 1.agak panas; 2.sedikit lebih Dipertimbangan (bobot); 3.gembira; 4.genting; tegang; 5.baru saja terjadi. Sinonim hangat yaitu: panas kuku, pesam, suam, suam-suam kuku, akrab, bersahabat, dekat, erat, familiar, intim, karib, kekeluargaan, lembut, manis, mendalam, menyenangkan, mesra, ramah, simpatik, sosial, aktual, baru, mutakhir, segar, terakhir, berapi-api, berkobar-kobar, genting, hebat, meruncing, sengit, tegang.Antusias sinonim dengan aktif, berapi-api, bergairah, bergelora, berkobar-kobar, bersemangat, energik, membara, menggebu, menggelegak, menyala (semangat).

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan mendatangkan keberhasilan dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.Hangat dan antusias ini berbeda dengan teori klasik,dimana seorang siswa harus diam ketika guru menerangkan. Antusias siswa ditunjukkan dalam keleluasa siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dalam menanggapi materi yang dipelajari dengan cara masing-masing. Kehangatan antara guru dan siswa tercipta dengan cara guru tidak gila hormat, dan memberikan batasan-batasan tang terlalu tinggi antara guru dan siswa, sehingga antara guru dan siswa tidak ada hubungan yang akrab.

2. Tantangan 
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi, akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka. Tantangan mempunyai beberapa arti, 1.ajakan berkelahi (berperang dsb), 2.hal atau objek yg menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah; rangsangan (untuk bekerja lebih giat dsb), 3.hal atau objek yg perlu ditanggulangi. Dalam proses belajar mengajar, pengunaan kata-kata, tindakan,atau cara mengajar yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar. Cara ini membuat siswa lebih aktif dan berani menetukan pendapatnya. Misalnya jika ada siswa yang mampu melakukan pidato tanpa teks, seorang guru menantangnya untuk melakukan hal tersebut, dan bagi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan matematik maka diberikan soal-soal yang menantang.

3. Bervariasi
Penggunaan alat bantu atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara gurudan anak didik yang bervariasi akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian anak didik.Kevariasian merupakan kunci untuk tercapainya pegelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

Bervariasi yaitu: mempunyai variasi; mempunyai berbagai bentuk (rupa, jenis, dsb), ada selingannya.Kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan mengadakan variasi dalam mengajar juga merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.Macam-macam media yang digunakan bisa berupa media verbal: gambar, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta, globe, papan flannel, dan papan bulletin. Dapat juga digunakan media Audio: radio, alat perekam dan lab.bahasa. Media lain yang bisa digunakan yaitu media proyeksi diam: OHP/OHT, slid, film, dan televise.Gaya mengajar guru bias bervariasi misalnya: GTM, cognitive approach, audio lingual method, direct method, communicative, TPR, Silent way, suggestopedia, community language learning, dan total immersion technique

4. Keluwesan
Makna keluwesan berarti makna luas, artinya penggunaan lingkungan itu dapat dijalankan dan dapat dihentikan kapan saja agar dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan respon. Keluwesan juga bermakna bahwa media tersebut dapat diadaptasikan dengan respon para siswa. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik seta menciptkan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya

5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekana yang positif dimaksudkan yaitu penekana terhadap tingkah laku anak yang positif daripada mengomentari tingkah laku anak didik yang negatif 

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

6. Penanaman disiplin diri
Disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk membantu anak didik agar dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan juga penting tentang cara menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditujukan anak didik terhadap lingukangannya (Rohani, 2004)

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.


c. Tujuan Pengelolaan kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas tersebut akan memungkinkan anak didik belajar dan bekerja, terciptanya suasana social yang memberikan kepuasaan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa (Sudirma, 1991)

Arikunto (1988) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri.


5. Beberapa kondisi yang mempengaruhi Suasana Lingkungan

Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar diri individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural (Dalyono,2007:129).

Slameto (2003: 60) mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan yang pertama yaitu lingkungan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Lingkungan keluarga adalah segenap stimuli, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan prilaku ataupun karya orang lain yang berada disekitar sekelompok orang yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap siswa karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi perkembangan seorang anak. Di dalam keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya. Menurut Slameto (2003: 60-64) lingkungan keluarga terdiri dari:

1. Cara orang tua mendidik 
Peran orang tua dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan agar mendorong semngat anak untuk belajar. 

2. Relasi antara anggota keluarga 
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orang tua dengan anaknya atau anak dengan anggota keluarga lain. 

3. Suasana rumah 
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik amka perlu diciptakan susana rumah yang tenang dan tentram. Susana tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis antar orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang lain. 

4. Keadaan ekonomi keluarga 
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. 

5. Perhatian orang tua 
Anak perlu mendapat dorongan dan perhatian orang tua. Kadang-kadang anak menjadi lemah semangat, maka orang tua wajib memberi perhatian dan mendorongnyanya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak disekolah. 

Menurut Munib (2004: 76) secara umum lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup, termaksut manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan pendidikan menurut Purwanto (2004: 141) digolongkan menjadi tiga, yaitu
1) Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama. 
2) Lingkungan sekolah, yang disebut juga lingkungan kedua. 
3) Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga. 

Menurut Syah (2006: 152) lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

1. Lingkungan sosial 
Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, dan semua dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa dirumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian setiap manusia. 

2. Lingkungan non sosial 
Lingkungan non sosial siswa yang berpengaruh terhadap belajarnya diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, ruang tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan belajar dan waktu belajar siswa, dan mass media. Adapun yang termaksut dalam mass media adalah bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku ,dan sebaginya. Diantara mass media tersebut yang berpengaruh besar terhadap belajar anak adalah televisi. 




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

1. Psikologi adalah ilmu mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. 

2. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Istilah lain dari kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. 

3. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar peserta didik yang dapat membuat peserta didik merasa senang, aman, nyaman dan termotivasi untuk belajar yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

4. Lingkungan memiliki peran penting dalam pembelajaran. Lingkungan juga mempengaruhi hubungan sosial peserta didik, prestasi belajar, dan psikologi. Oleh karena itu, lingkungan yang baik akan mendukung peningkatan prestasi belajar siswa. 

5. Prinsip-prinsip dalam lingkungan kelas diantaranya hangat dan antusias, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif, penanaman disiplin diri

6. Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.



3.2 Saran

1. Lingkungan menjadi salah satu faktor penentu berhasil tidaknya suatu pembelajaran, oleh karena itu orang tua diharapkan dapat memberikan perhatian secara kontinu pada anak dalam belajar.Perhatian tersebut dapat dilakukan orang tua dengan memberikan fasilitasbelajar yang memadai bagi anak di rumah. Orang tua juga perlu memotivasianak, agar bersemangat belajar dengan dipenuhinya segala fasilitas belajar.

2. Guru perlumenghimbau orang tua siswa supaya ikut mengawasi belajar anaknya. Halini dimaksudkan untuk menjaga agar anak tidak melupakan kewajibanbelajarnya. Sekolah juga perlu meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitasbelajar yang menunjang kegiatan belajar mengajar disertai dengan pengelolaan yang baik. Selain meningkatkan fasilitas yang ada, sekolahjuga perlu menciptakan lingkungan yang nyaman dan efektif untuk kegiatanbelajar mengajar. Sebab, peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas belajar

3. Masyarakat diharapkan bisa bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang baik atau kondusif agar pembelajaran yang telah didapat siswa dikelas dapat iimplementasikan dalam kehisupan bermasyarakat. Masyarakat juga diharapkan mampu menjadi fiur yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa.





DAFTAR PUSTAKA


Drs. M. Dalyono. 2005. Psikologi pendidikan. Jakarta; jl jend. Sudirman. Kav 36-A. penerbit Rineka Cipta

Johar, Dr RAhmah dkk, Strategi Belajar Mengajar,2006. Banda Aceh

http://psikopend/Jenis-jenis lingkungan pendidikan « Zoothera (Thrush).htm

http://psikopend/Menghadapi Masalah-masalah Pengelolaan Kelas « giearyasiva.htm

http://PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK ANAK USIA DINI « Ilmuwan Muda.htm

http://Pengaruh Lingkungan terhadap Individu _ AKHMAD SUDRAJAT TENTANG PENDIDIKAN.htm

http://Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas.htm
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

0 komentar:

Posting Komentar