Rahmad Maulidar

Rahmad Maulidar
Tgk. Rahmad Maulidar, S.Pd.I

Kamis, 21 Juli 2016

MAKALAH : I'jazul Qur'an


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ulumul Qura’an adalah perbincangan mengenai mukjizat, terutama mukjizat Al-Qura’an. Karena dengan perantara mukjizat Allah mengingatkan manusia, bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah di berikan kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada di atas segala-galanya.
Adapun tujuan mukjizat itu, untuk pengarahan yang ditujukan pada suatu umat yang berkaitan dengan pengetahuan mereka, karena Allah tidak mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang mereka tidak ketahui, dan di situlah letak nilai mukjizat yang telah di berikan kepada Nabi.

B.     Rumusan Masalah
Untuk lebih memudahkan dalam memahami makalah ini maka penulis membuat rumusan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian tentang I’jaz?
2.      Apa saja segi-segi kemukjizatan Al Qura’an?
3.      Apa saja faedah kemukjizatan Al-Qur’an?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian I’jaz Al-Qur’an
Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau memperlemah.[1] Secara umum I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidak berdayaan.[2] Oleh karena itu apabila kemukjizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mukjizat. Sedang yang dimaksud dengan Ijaz secara terminology ilmu Al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberpa ahli yaitu:
Menurut Manna Khalil Al Qaththan
I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain sebagai rasul utusan Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.[3]

Sedangkan menurut Ali al-Shabuniy mengemukakan I’jaz ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah Swt yang diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabianya. Sedangkan mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun.
Disisi lain Muhammad Bakar Ismail menegaskan mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti tantangan yang diberikan oleh Allah swt kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya yang bersumber dari Allah Swt.
Dari ketiga definisi di atas dapat di fahami antara I’jaz dan mukjizat itu dapat dikatakan melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas mengesankan batasan yang lebih spesifik, yaitu Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat, menegaskan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa Al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau manusia secara keseluruhan. Dengan demikian dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mukjizat itu saling melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-Nya sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawahnya.[4]
Ditampilkan I’jaz atau mukjizat itu bukanlah semata-mata bertujuan untuk menampakkan kelemahan manusia untuk menandinginya tetapi untuk menyakinkan mereka bahwa Muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah Al-Qur’an dan itu benar-benar diturunkan disisi Allah Swt. Kepada Muhammad yang mana Al-Qur’an itu sama sekali bukanlah perkataan manusia atau perkataan lainnya.
Al-Quran digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masa beliau dan generasi sesudahnya yang tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan tidak percaya akan risalah Nabi SAW dan ajaran yang di bawanya. Terhadap mereka sesungguhnya mereka memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi dibidang bahasa Arab. Nabi meminta mereka untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan.[5]
Diajak bertanding dengan Al-Qur’an seluruhnya.
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ
 “Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi yang sebagian lagi”(QS 17 : 88).
Diajak lagi mereka bertanding dengan sepuluh surat dari Al-Qur’an itu.
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ
“Bahkan mereka mengatakan, – Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. Katakanlah (kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya. Dan panggilah orang-orang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kamu panggil itun tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah(Q.S 11 : 13-14)”
Sudah itu diajak lagi bertanding dengan satu surat saja.
÷Pr& tbqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
            “Atau (patutkah) mereka mengatakan Muhammad membuatnya. Katakanlah (kalau benar yang kamu katakan itu) maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya”. (Q.S 10 : 38)
Kelahiran ilmu kalam di dalam Islam mempunyai implikasi lebih tepat untuk di katakan sebagai kalam. Di dalam kalam, dimana tokoh-tokoh ilmu kalam ini mulai tampak ketika membicarakan kemakhlukan Qur’an maka pendapat dan pandangan mereka berbeda-beda dan beraneka ragam.[6]

B.     Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1.      Segi Kebahasaan.
Kendatipun Al-Quran, hadis qudsi dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Al-Quran muncul dengan uslub yang begitu indah. Uslub bahasa Al Qura’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya.[7] Kemukjizatan Al- Quran dari segi bahasanya bisa kita lihat dari tiga hal yaitu :
a.       Nada dan langgamnya .
Ayat-ayat alqur’an bukanlah syair atau puisi tetapi kalau kita dengar akan nampak keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata-kata yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya .
b.      Singkat dan padat.
Dalam Al-Qur’an banyak kita jumpai ayat-ayat nya singkat tetapi padat artinya, sehingga menyababkan berbagai macam pemahaman dari setiap mereka yang membacanya 
c.       Memuaskan para pemikir kebanyakan orang
Bagi orang awam, ayat Al-Qur an mungkin terasa biasa, tetapi bagi para filosof dengan ayat yang sama akan melahirkan pemahaman yang luar biasa .
2.      Hukum illahi yang sempurna
 Al-Quran menjelaskan pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang, ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Apabila kita memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa Islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
Tentang akidah Al-Quran mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakni beriman kepada Allah Yang Maha Agung, menyatakan adanya nabi dan rasul serta mempercayai kitab samawi.
Dalam bidang undang-undang, Al-Quran telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata, pidana, politik, dan ekonomi. Adapun mengenai hubungan internasional, Al-Qur’an telah menetapkan dasar-dasar yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai maupun perang.
Al-Quran menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum.[8]
a.       Secara global. Persoalan ibadah umumya diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad.
b.      Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang-piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
3.      Gaya bahasa
Gaya bahasa Al-Quran membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona. Al-Quran secara tegas menentang semua sastrawan para orator Arab untuk menandingi ketinggian Al-Quran baik bahasa maupun susunannya. Setiap kali mereka mencoba menandingi, mereka mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan mencapat cemoohan dari masyarakat.
Diantara pendusta dan musyrik Arab pada saat itu yang berusaha untuk menandingi ialah Musailimah Kadzdzab dan tokoh-tokoh masyarakat Arab lain pada waktu itu yang ingin menandingi kalam Allah itu, namun selalu mengalami kegagalan.
4.      Berita tentang hal-hal yang ghaib
Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al-Quran itu adalah berita-berita ghaib. Firaun, yang mengejar-ngejar Musa, diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92 Allah berfirman:
tPöquø9$$sù y7ŠÉdfuZçR y7ÏRyt7Î/ šcqä3tGÏ9 ô`yJÏ9 y7xÿù=yz Zptƒ#uä 4 ¨bÎ)ur #ZŽÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# ô`tã $uZÏG»tƒ#uä šcqè=Ïÿ»tós9 ÇÒËÈ
 “Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahnya dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuatan kami”.
Cerita peperangan Romawi dengan Persia yang dijelaskan dalam surat Ar-rum (30) ayat 1-5 merupakan satu berita ghaib lainnya yang disampaikan Al-Quran, Allah berfirman:
$O!9# ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷Šr& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ šcqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû ÆìôÒÎ/ šúüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtƒur ßytøÿtƒ šcqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ ÎŽóÇuZÎ/ «!$# 4 çŽÝÇZtƒ ÆtB âä!$t±o ( uqèdur âƒÍyèø9$# ÞOŠÏm§9$# ÇÎÈ
 “Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah lah urusan sebelum dan sesudah mereka menang. Dan di hari kemenangan bangsa Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya”.
5.      Isyarat-isyarat ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Quran seperti cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan sebagaimana yang dijelaskan firman Allah berikut:
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ š[ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yŠytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# šÏ9ºsŒ žwÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_ÁxÿムÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôètƒ ÇÎÈ

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya munzilah-munzilah (tempat-tempat) bagi perjalan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui.”(Q.S.Yunus (10):5).
6.      Ketelitian redaksinya
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh, diantaranya:
1)      Al-hayah (hidup) dan al-maut (mati),masing-masing sebanyak 145 kali;
2)      An-naf (manfaat) dan Al-madharah (mudarat),masing-masing sebanyak 50 kali;
3)      Al-har (panas) al-bard (dingin) masing-masing 4 kali;
4)      Ash-shalihat (kebajikan) dan as-sayyiat (keburukan),masing-masing167 kali;
5)      Ath-thuma’ninah (kelapangan/ketenangan) dan adh-dhiq (kesempitan/ kekesalan),masing-masing 13 kali;
6)      Ar-rabah (cemas/takut) dan ar-raghbah (harap/ingin),masing-masing 8 kali;
7)      Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali;
8)      Ash-shayf (musim panas) dan asy-syita (musim dingin), masing-masing 1 kali
Kemudian keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
1)      Al-harts dan az-zira’ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
2)      Al-‘usb dan adh-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali;
3)      Adh-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati jiwanya), masing-masing 17 kali;
4)      Al-quran, al-wahyu dan al-islam (Al-quran, wahyu, dan islam), masing-masing sebanyak 70 kali;
5)      Al-‘aql dan an-nur (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali;
6)      Al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata),masing-masing 16 kali; Ketelitian redaksi Alqur an bergantung pada hal berikut.
Setelah itu, juga terdapat keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukkan akibatnya.
1)      Al-Infaq (infaq) dengan ar-ridha (kerelaan),masing-masing 73 kali;
2)      Al-Bukhl (kekikiran) dengan al- hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali,
3)      Al-Kafirun (orang-orang kafir) dengan an-Nar/ al-Ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing 32 kali;
4)      As-Salam (kedamaian) dernagan Ath-Thayybat (kebajikan), masing-masing 60 kali
Selain itu juga terdapat keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
1)      Al-israf (pemborosan) , dengan as-sur’ah (ketergesaan), masing-masing 23 kali.
2)      Al- maw’izhah (nasehat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali.
3)      Al- asra (tawanan) dengan al- harb (perang) masing- masing 6 kali.
4)      As-salam (kedamaian) dengan ath-thayyibat (kebajikan) masing-masing 60 kali.
Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.
1)      Kata yawn; (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukkan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat du belas kali sama dengan jumlah dalam setahun.
2)      Al-quran menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 29, surat Al-isra’ (17) ayat 44, surat Al-Mu’minun (23) ayat 86, surat Fushilat (41) ayat 12, surat Ath-Thalaq (65) ayat12, surat Al-mulk (67) ayat 3, dan surat Nuh (71) aya 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
3)      Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi nada peringatan), semuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita tersebut, yakni 518

C.    Faedah I’jaz Al-Quran
I’jaz al-Quran dapat memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari dan mengkajinya, baik itu orang awam ataupun para ilmuan, cendikiawan, dan semua kalangan manusia yang senantiasa mempergunakan akal sehatnya. Adapun manfaat yang dapat dipetik dari I’jaz al-Quran akan disebutkan dibawah ini.
Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan redaksi al-Quran dapat memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun kaum cendikiawan.
Gaya bahasa yang indah dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk menarik hati orang.
Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat dijadikan ibrah guna memperkokoh iman kepada Allah dan membimbing perbuatan ke arah yang benar, dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu, dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad Saw., dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia, dan juga dapat menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
ü  Pengertian I’jaz
Dari segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau memperlemah. Secara umum I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidak berdayaan.
ü  Segi-segi kemukjizatan Al- Quran
·      Segi Kebahasaan. à Hukum illahi yang sempurna
·      Gaya bahasa. à Berita tentang hal-hal yang ghaib, isyarat-isyarat ilmiah, dan ketelitian redaksinya.
ü  Faedah I’jaz Al-Quran
Kelembutan, keindahan, keserasian kalimat dan redaksial-Quran dapat memberikan kesegaran kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun kaum cendikiawan.
Dengan adanya berita-berita ghaib, itu dapat dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad Saw., dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu, dapat mengetahui keagungan Allah dengan mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia, dan juga dapat menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan. 
B.     Saran
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan maupun pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di kemudian harinya. Terimakasih..


  

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Manna Khalil Al Qattan. 2004. Study Ilmu-ilmu Al-Quran (terjemahan dari M. Quraish Shihab. 1997. Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan.
Mubahits fi Ulumul Qur’an). Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa.
Subhi As-Shalih. 1988. Mahahits fi Ulum Al-Quran. Beirut: Dar Al-Ilm fi Al-Malaya.
Rosihan Anwar. 2001. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung.
Quthan, Manna’ul. 1995. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2.  Jakarta : Rineka Cipta.
Usman. 2009. Ulumul Qur’an, Yogyakarta: Teras.





[1] Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 285
[2] Ibid, hal 205
[3] Manna Khalil Al Qattan, Study Ilmu-ilmu Al-Quran (terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an), (Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), hal. 371
[4] Usman, Ulumul Qur’an…, hal 287
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1997), hal. 23
[6] Manna Khalil Al Qattan, Study Ilmu-ilmu…, hal. 374-377
[7] Subhi As-Shalih, Mahahits fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Ilm fi Al-Malaya, (Beirut, 1988)
[8] Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, hal. 199
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com
Lokasi: Aceh Indonesia Banda Aceh, Banda Aceh City, Aceh, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar