BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu objek
penting lainnya dalam kajian ulumul Qura’an adalah perbincangan
mengenai mukjizat, terutama mukjizat Al-Qura’an. Karena dengan perantara
mukjizat Allah mengingatkan manusia, bahwa para rasul itu merupakan utusan yang
mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah di berikan
kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan peranannya dan
mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu
berada di atas segala-galanya.
Adapun tujuan
mukjizat itu, untuk pengarahan yang ditujukan pada suatu umat yang
berkaitan dengan pengetahuan mereka, karena Allah tidak mengarahkan suatu umat
pada hal-hal yang mereka tidak ketahui, dan di situlah letak nilai mukjizat
yang telah di berikan kepada Nabi.
B.
Rumusan Masalah
Untuk lebih
memudahkan dalam memahami makalah ini maka penulis membuat rumusan sebagai
berikut :
1. Apa pengertian tentang I’jaz?
2. Apa saja segi-segi kemukjizatan Al
Qura’an?
3. Apa saja faedah kemukjizatan
Al-Qur’an?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian I’jaz Al-Qur’an
Dari segi bahasa
kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti melemahkan atau
memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau memperlemah.[1]
Secara umum I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang
merupakan lawan dari ketidak berdayaan.[2] Oleh
karena itu apabila kemukjizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan
mukjizat. Sedang yang dimaksud dengan Ijaz secara terminology ilmu Al-Qur’an
adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberpa ahli yaitu:
Menurut Manna
Khalil Al Qaththan
I’jaz
adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuaan orang lain sebagai rasul
utusan Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk
menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan
kelemahan-kelemahan generasi sesudah mereka.[3]
Sedangkan
menurut Ali al-Shabuniy mengemukakan I’jaz ialah menetapkan kelemahan manusia
baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa
dengannya, maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah Swt yang
diberikan kepada hamba-Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabianya.
Sedangkan mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan
tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun.
Disisi lain Muhammad
Bakar Ismail menegaskan mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan
diikuti tantangan yang diberikan oleh Allah swt kepada nabi-nabiNya sebagai
hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya
yang bersumber dari Allah Swt.
Dari ketiga
definisi di atas dapat di fahami antara I’jaz dan mukjizat itu dapat dikatakan
melemahkan. Hanya saja pengertian I’jaz di atas mengesankan batasan yang lebih
spesifik, yaitu Al-Qur’an. Sedangkan pengertian mukjizat, menegaskan batasan
yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa Al-Qur’an, tetapi juga
perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau manusia secara keseluruhan. Dengan
demikian dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mukjizat itu saling
melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah
yang khusus diberikan kepada Rasul-rasul pilihan-Nya sebagai salah satu bukti
kebenaran misi kerasulan yang dibawahnya.[4]
Ditampilkan
I’jaz atau mukjizat itu bukanlah semata-mata bertujuan untuk menampakkan
kelemahan manusia untuk menandinginya tetapi untuk menyakinkan mereka bahwa
Muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah Al-Qur’an dan itu benar-benar diturunkan
disisi Allah Swt. Kepada Muhammad yang mana Al-Qur’an itu sama sekali bukanlah
perkataan manusia atau perkataan lainnya.
Al-Quran
digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masa beliau
dan generasi sesudahnya yang tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai
firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan tidak percaya akan risalah Nabi SAW
dan ajaran yang di bawanya. Terhadap mereka sesungguhnya mereka
memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi dibidang
bahasa Arab. Nabi meminta mereka untuk menandingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan.[5]
Diajak
bertanding dengan Al-Qur’an seluruhnya.
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
“Katakanlah,
sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi yang sebagian lagi”(QS 17 : 88).
Diajak lagi
mereka bertanding dengan sepuluh surat dari Al-Qur’an itu.
÷Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ óO©9Î*sù (#qç7ÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& cqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ
“Bahkan mereka mengatakan, – Muhammad telah membuat-buat
Al-Qur’an itu. Katakanlah (kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh
surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya. Dan panggilah orang-orang kamu
sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.
Jika mereka yang kamu panggil itun tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu, maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu
Allah(Q.S 11 : 13-14)”
Sudah itu diajak
lagi bertanding dengan satu surat saja.
÷Pr& tbqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) ÷LäêYä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÑÈ
“Atau (patutkah) mereka mengatakan
Muhammad membuatnya. Katakanlah (kalau benar yang kamu katakan itu) maka
cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya”. (Q.S 10 : 38)
Kelahiran ilmu
kalam di dalam Islam mempunyai implikasi lebih tepat untuk di katakan
sebagai kalam. Di dalam kalam, dimana tokoh-tokoh ilmu kalam ini mulai tampak
ketika membicarakan kemakhlukan Qur’an maka pendapat dan pandangan mereka
berbeda-beda dan beraneka ragam.[6]
B.
Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1. Segi Kebahasaan.
Kendatipun Al-Quran,
hadis qudsi dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi tetapi uslub atau
susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Al-Quran muncul dengan uslub yang begitu
indah. Uslub bahasa Al Qura’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan
dengan lainnya.[7]
Kemukjizatan Al- Quran dari segi bahasanya bisa kita lihat dari tiga
hal yaitu :
a. Nada dan langgamnya .
Ayat-ayat
alqur’an bukanlah syair atau puisi tetapi kalau kita dengar akan nampak
keunikan dalam irama dan ritmenya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata-kata
yang dipilih melahirkan keserasian bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata
itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya
.
b. Singkat dan padat.
Dalam Al-Qur’an banyak
kita jumpai ayat-ayat nya singkat tetapi padat artinya, sehingga menyababkan
berbagai macam pemahaman dari setiap mereka yang membacanya
c. Memuaskan para pemikir kebanyakan orang
Bagi orang awam, ayat
Al-Qur an mungkin terasa biasa, tetapi bagi para filosof dengan ayat yang
sama akan melahirkan pemahaman yang luar biasa .
2. Hukum illahi yang sempurna
Al-Quran
menjelaskan pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang,
ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Apabila
kita memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa
Islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah
amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga yang berupa ibadah amaliyah
sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
Tentang akidah Al-Quran
mengajak umat manusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakni beriman kepada
Allah Yang Maha Agung, menyatakan adanya nabi dan rasul serta mempercayai kitab
samawi.
Dalam bidang
undang-undang, Al-Quran telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata,
pidana, politik, dan ekonomi. Adapun mengenai hubungan internasional, Al-Qur’an
telah menetapkan dasar-dasar yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan
damai maupun perang.
Al-Quran
menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum.[8]
a. Secara global. Persoalan ibadah umumya
diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan kepada para ulama
melalui ijtihad.
b. Hukum yang dijelaskan secara terperinci
adalah yang berkaitan dengan utang-piutang, makanan yang halal dan yang haram,
memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
3. Gaya bahasa
Gaya bahasa
Al-Quran membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona. Al-Quran
secara tegas menentang semua sastrawan para orator Arab untuk menandingi
ketinggian Al-Quran baik bahasa maupun susunannya. Setiap kali mereka mencoba
menandingi, mereka mengalami kesulitan dan kegagalan dan bahkan mencapat
cemoohan dari masyarakat.
Diantara
pendusta dan musyrik Arab pada saat itu yang berusaha untuk menandingi ialah
Musailimah Kadzdzab dan tokoh-tokoh masyarakat Arab lain pada waktu itu yang
ingin menandingi kalam Allah itu, namun selalu mengalami kegagalan.
4. Berita tentang hal-hal yang ghaib
Sebagian ulama
mengatakan bahwa mukjizat Al-Quran itu adalah berita-berita ghaib. Firaun, yang
mengejar-ngejar Musa, diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92 Allah
berfirman:
tPöquø9$$sù y7ÉdfuZçR y7ÏRyt7Î/ cqä3tGÏ9 ô`yJÏ9 y7xÿù=yz Zpt#uä 4 ¨bÎ)ur #ZÏVx. z`ÏiB Ĩ$¨Z9$# ô`tã $uZÏG»t#uä cqè=Ïÿ»tós9 ÇÒËÈ
“Maka
pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahnya dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuatan kami”.
Cerita
peperangan Romawi dengan Persia yang dijelaskan dalam surat Ar-rum (30) ayat
1-5 merupakan satu berita ghaib lainnya yang disampaikan Al-Quran, Allah
berfirman:
$O!9# ÇÊÈ ÏMt7Î=äñ ãPr9$# ÇËÈ þÎû oT÷r& ÇÚöF{$# Nèdur -ÆÏiB Ï÷èt/ óOÎgÎ6n=yñ cqç7Î=øóuy ÇÌÈ Îû ÆìôÒÎ/ úüÏZÅ 3 ¬! ãøBF{$# `ÏB ã@ö6s% .`ÏBur ß÷èt/ 4 7ͳtBöqtur ßytøÿt cqãZÏB÷sßJø9$# ÇÍÈ ÎóÇuZÎ/ «!$# 4 çÝÇZt ÆtB âä!$t±o ( uqèdur âÍyèø9$# ÞOÏm§9$# ÇÎÈ
“Alif
Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah lah
urusan sebelum dan sesudah mereka menang. Dan di hari kemenangan bangsa Romawi
itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia
menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya”.
5. Isyarat-isyarat ilmiah
Banyak sekali
isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Quran seperti cahaya matahari bersumber
dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan sebagaimana yang dijelaskan
firman Allah berikut:
uqèd Ï%©!$# @yèy_ [ôJ¤±9$# [ä!$uÅÊ tyJs)ø9$#ur #YqçR ¼çnu£s%ur tAÎ$oYtB (#qßJn=÷ètFÏ9 yytã tûüÏZÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$#ur 4 $tB t,n=y{ ª!$# Ï9ºs wÎ) Èd,ysø9$$Î/ 4 ã@Å_Áxÿã ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôèt ÇÎÈ
“Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
munzilah-munzilah (tempat-tempat) bagi perjalan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya)
kepada orang-orang yang mengetahui.”(Q.S.Yunus (10):5).
6. Ketelitian redaksinya
Keseimbangan
antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh, diantaranya:
1) Al-hayah (hidup) dan al-maut
(mati),masing-masing sebanyak 145 kali;
2) An-naf (manfaat) dan Al-madharah
(mudarat),masing-masing sebanyak 50 kali;
3) Al-har (panas) al-bard (dingin)
masing-masing 4 kali;
4) Ash-shalihat (kebajikan) dan as-sayyiat
(keburukan),masing-masing167 kali;
5) Ath-thuma’ninah (kelapangan/ketenangan)
dan adh-dhiq (kesempitan/ kekesalan),masing-masing 13 kali;
6) Ar-rabah (cemas/takut) dan ar-raghbah
(harap/ingin),masing-masing 8 kali;
7) Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman)
dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali;
8) Ash-shayf (musim panas) dan asy-syita
(musim dingin), masing-masing 1 kali
Kemudian keseimbangan
jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
1) Al-harts dan az-zira’ah
(membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
2) Al-‘usb dan adh-dhurur (membanggakan
diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali;
3) Adh-dhallun dan al-mawta (orang
sesat/mati jiwanya), masing-masing 17 kali;
4) Al-quran, al-wahyu dan al-islam
(Al-quran, wahyu, dan islam), masing-masing sebanyak 70 kali;
5) Al-‘aql dan an-nur (akal dan cahaya),
masing-masing 49 kali;
6) Al-jahr dan al-‘alaniyah
(nyata),masing-masing 16 kali; Ketelitian redaksi Alqur an bergantung pada
hal berikut.
Setelah itu,
juga terdapat keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang
menunjukkan akibatnya.
1)
Al-Infaq
(infaq) dengan ar-ridha (kerelaan),masing-masing 73 kali;
2) Al-Bukhl (kekikiran) dengan al- hasarah
(penyesalan), masing-masing 12 kali,
3) Al-Kafirun (orang-orang kafir) dengan
an-Nar/ al-Ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing 32 kali;
4)
As-Salam
(kedamaian) dernagan Ath-Thayybat (kebajikan), masing-masing 60 kali
Selain
itu juga terdapat keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata
penyebabnya.
1) Al-israf (pemborosan) , dengan as-sur’ah
(ketergesaan), masing-masing 23 kali.
2) Al- maw’izhah (nasehat/petuah) dengan
al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali.
3) Al- asra (tawanan) dengan al- harb
(perang) masing- masing 6 kali.
4) As-salam (kedamaian) dengan
ath-thayyibat (kebajikan) masing-masing 60 kali.
Disamping keseimbangan-keseimbangan
tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.
1)
Kata
yawn; (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam
setahun, sedangkan kata hari yang menunjukkan bentuk plural (ayyam) atau dua
(yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di
sisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat du belas kali sama
dengan jumlah dalam setahun.
2) Al-quran menjelaskan bahwa langit itu
ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam
surat Al-Baqarah (2) ayat 29, surat Al-isra’ (17) ayat 44, surat Al-Mu’minun
(23) ayat 86, surat Fushilat (41) ayat 12, surat Ath-Thalaq (65) ayat12, surat
Al-mulk (67) ayat 3, dan surat Nuh (71) aya 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya
langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam 7 ayat.
3)
Kata-kata
yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa
berita gembira) atau nadzir (pemberi nada peringatan), semuanya berjumlah 518
kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan
pembawa berita tersebut, yakni 518
C.
Faedah I’jaz Al-Quran
I’jaz al-Quran
dapat memberikan manfaat bagi orang yang mempelajari dan mengkajinya, baik itu
orang awam ataupun para ilmuan, cendikiawan, dan semua kalangan manusia yang
senantiasa mempergunakan akal sehatnya. Adapun manfaat yang dapat dipetik dari
I’jaz al-Quran akan disebutkan dibawah ini.
Kelembutan,
keindahan, keserasian kalimat dan redaksi al-Quran dapat memberikan kesegaran
kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun kaum cendikiawan.
Gaya bahasa yang
indah dapat dijadikan sebagai media dakwah untuk menarik hati orang.
Dengan adanya
berita-berita ghaib, itu dapat dijadikan ibrah guna memperkokoh iman kepada
Allah dan membimbing perbuatan ke arah yang benar, dapat dijadikan hujjah dalam
menyampaikan kebenaran al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu, dapat mengokohkan
keyakinan akan kebenaran Risalah Muhammad Saw., dapat mengetahui keagungan
Allah dengan mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia, dan juga dapat
menjadi motivasi untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam
ilmu pengetahuan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ü Pengertian I’jaz
Dari
segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah. Secara umum I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan
sesuatu yang merupakan lawan dari ketidak berdayaan.
ü Segi-segi kemukjizatan Al- Quran
· Segi Kebahasaan. à
Hukum illahi yang sempurna
· Gaya bahasa. à
Berita tentang hal-hal yang ghaib, isyarat-isyarat ilmiah, dan ketelitian
redaksinya.
ü Faedah I’jaz Al-Quran
Kelembutan,
keindahan, keserasian kalimat dan redaksial-Quran dapat memberikan kesegaran
kepada akal dan hati, baik orang awam ataupun kaum cendikiawan.
Dengan adanya
berita-berita ghaib, itu dapat dapat mengokohkan keyakinan akan kebenaran
Risalah Muhammad Saw., dapat dijadikan hujjah dalam menyampaikan kebenaran
al-Qur’an bagi orang-orang yang ragu, dapat mengetahui keagungan Allah dengan
mengenal isyarat ilmiah yang ada di alam dunia, dan juga dapat menjadi motivasi
untuk selalu bereksperimen, berinovasi, dan berkarya dalam ilmu pengetahuan.
B.
Saran
Adapun makalah
kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari
refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan maupun
pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah
kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan
perubahan kelebih baik di kemudian harinya. Terimakasih..
DAFTAR
KEPUSTAKAAN
Manna Khalil Al Qattan. 2004. Study Ilmu-ilmu Al-Quran (terjemahan dari M. Quraish Shihab. 1997. Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan.
Mubahits
fi Ulumul Qur’an). Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa.
Subhi As-Shalih. 1988. Mahahits fi Ulum Al-Quran. Beirut: Dar Al-Ilm fi Al-Malaya.
Rosihan Anwar. 2001. Ulumul Qur’an. Pustaka Setia. Bandung.
Quthan, Manna’ul. 1995. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2. Jakarta : Rineka Cipta.
Usman. 2009. Ulumul
Qur’an, Yogyakarta: Teras.
[1] Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras,
2009), hal 285
[3] Manna Khalil Al
Qattan, Study Ilmu-ilmu Al-Quran
(terjemahan dari Mubahits fi Ulumul Qur’an), (Jakarta: Pustaka Litera
Antar Nusa, 2004), hal. 371
[4] Usman, Ulumul Qur’an…, hal 287
[5] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, (Bandung: Mizan,
1997), hal. 23
[6] Manna Khalil Al Qattan, Study Ilmu-ilmu…, hal. 374-377
[7] Subhi As-Shalih, Mahahits fi Ulum Al-Quran, Dar Al-Ilm fi
Al-Malaya, (Beirut, 1988)
[8] Rosihan
Anwar, Ulumul Qur’an, hal.
199
0 komentar:
Posting Komentar