BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Salah satu upaya memaksimalkan bakat,
potensi, kecerdasan, dan kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan
sekolah usia dini atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah
untuk bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh
dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus dan
lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding mereka yang tidak diasah melalui program
PAUD tersebut.
Namun tidak semua lembaga penyelenggara
PAUD mulai jenjang PreSchool, Play Group, dan TK mampu menyediakan metode, sarana,
dan fasilitas penunjang kesuksesan pendidikan usia dini tersebut. Untuk itulah,
para orang tua harus mampu menentukan secara strategis lembaga yang dipilihnya.
Demikian pula para penyelenggara harus mampu memperbaiki segala kekurangan yang
menghambat tujuan utama PAUD tersebut karena
anak-anak usia dini yang identik dengan kegiatan bermain menjadi fase yang sangat
menentukan perjalanan hidup manusia. Sehingga,
merencanakan dan melaksanakan pendidikan pada usia dini ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak boleh disepelekan dan
ditelantarkan. Jika hal ini tidak diperhatikan,
masa depan kualitas generasi penerus bangsa akan semakin mundur, kalah jauh dibanding negara-negara lain yang selalu sigap
dan cepat mempersiapkan kader-kader
andalnya di era kompetisi global sekarang.
Negara ini tidak boleh lagi kecolongan
dan ketinggalan. Pendidikan anak usia dini harus segera didirikan dan dikelola secara
profesional di seluruh pelosok negeri ini. PAUD ini menjadi solusi terbaik pembentukan
moral, agama, emosi, sosial, dan spirit kompetisi. Dengan PAUD, fase perkembangan
anak akan berjalan secara fungsional dan produktif sehingga membentuk karakter yang
kuat, kokoh dan progresif.
B. Rumusan
Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, rumusan masalah yang diajukan
adalah:
1.
Bagaimana sistem kelembagaan pada PAUD ?
2.
Bagaimana metode pengajaran ?
3.
Apa kurikulum yang dipakai ?
4.
Keterampilan apa saja yang diberikan di
PAUD ?
5.
Pelatihan-pelatihan apa saja yang ada di
PAUD ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kelembagaan
Mengelola pendidikan bukanlah mengelola
sebuah tempat usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia yang memiliki keunikan-keunikan masing-masing.
Untuk itu,dibutuhkan formula yang tepat dalam mengatur segala permasalahan manejemen pendidikan anak usia
dini (PAUD). Ada beberapa model penataan
kelembagaan yang konvensional. Karena iu kita harus mencari model yang paling tepat agar PAUD bisa berkembang
dengan baik. Model manejemen kelembagaan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan PAUD selama ini terlalu banyak seninya dibanding dengan ilmunya
sehingga gaya manejemen yang dilakukan lebih bersifat trial and error.
2. Penerapan manajemen “gotong royong “ artinya semua orang melakukan semua pekerjaan.
Tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas. Sehingga proses manajemen tidak
berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering terjadi benturan antara satu
unit dengan unit lainnya. Inilah yang menyebabkan pendayagunaan sumber daya organisasi
tidak secara sinergis dan banyak pemborosan. Dalam hal ini yang terjadi adalah sama-sama
bekerja bukan kerja sama.
3. Gaya manajemen tukang cukur yaitu satu orang melakukan semua pekerjaan, mulai
dari membuka kios, menyapu, memotong rambut, menutup kios dan mengelola keuangan
sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang merasa dirinya mampu dalam segala
hal dan tidak memberikan porsi pekerjaan kepada orang lain. Akibatnya organisasi
yang semestinya dapat menjalankan beban pekerjaan yang lebih banyak justru tidak
dapat melakukan pekerjaan karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja sedang
yang lain justru kurang pekerjaan.
4. Penerapan manajemen “sungkanisme” yaitu suatu manajemen yang tidak asertif.
Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman dan budaya marah kalau ditegur teman
membuat organisasi berjalan tak tentu arah, sehingga tidak bisa mencapai tujuan
yang dikehendaki.
Empat model manajemen tersebut memiliki banyak kekurangan. Tidak ada aspek
struktural, job description, koordinasi, evaluasi dan proyeksi ke depan. Dalam konteks
ini dibutuhkan model manajemen yang lebih dinamis, progresif, dan mempunyai unsur
pemberdayaan dan penguatan. Disinilah pentingnya manajemen partisipatif yang mengedepankan
kolektivitas, teamwork, soliditas dan kualitas kinerja.
B. Metode Pengajaran
Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi
yang unik dan kreatif. Disinilah signifikansi
dan urgensi peran seorang guru dalam mendidik dan menggali potensi anak didik. Menurut Rini Utami Aziz, pendidik
harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Dalam pasal 29,
pendidik pada pendidikan anak usia dini harus diploma (D-IV) atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan
tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan
lain, atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.
Kualitas pendidik sangat menentukan hasil
pembelajaran yang dicapai. Kegagalan dan
kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga pengajar yang menguasai materi, metodologi pengajaran dan skills
yang profesional.
Tahapan mengajar anak usia dini
Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat namun menurut Maria Montessori,
enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya.
Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya setiap
usaha yang di rancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan
pada awal ini untuk membimbing anak menjadi
diri mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan
potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan,
bakat, dan kepribadian yang utuh.
Selain tawaran beberapa metode di atas ada
beberapa etode pengajaran lain yang layak
dipertimbangkan untuk mencapai hasil maksimal dalam pengajaran anak usia dini yaitu :
v Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan
dengan kalimatnya sendiri. Contohnya ketika membaca buku, minta anak menceritakan
kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari
hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Dengan demikian anak akan terlatih
berpikir kreatif dan berinisiatif.
v Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran ini mendorong
dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan yang
menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya
informasi yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan
sendiri. Misalnya anak belajar tentang tanaman piang, lalu belajar menanamnya.
v Metode Learning by doing
Menurut Nazhori Author, sabda
Rasulullah yang berbunyi “ sholatlah kamu seperti kamu lihat aku sholat “ adalah
sebuah bukti bahwa proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasululla
sebagai fondasi awal dalam pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung unsur
pedagogis dimana bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini masih
menjadi bumbu penyedap dalam melengkapi meteode pengajaran. Artinya bahasa nonverbal
memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan bahasa nonverbal banyak dgunakan
taman kanak-kanak atau kelompok bermain (play group) yang banyak mengadopsi model
belajar kindergarten nya froebel dan model belajar Casa Dei Bambini nya Montessori.
v Metode Home Schooling Group
Rumah merupakan lingkungan terdekat
anak dan tempat belajar yang paling baik buat anak. Di rumah, anak bisa belajar
selaras dengan keinginannya sendiri. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi,
tidak perlu harus bersaing dengan anak-anak yang lain, tidak perlu harus ketakutan
menjawab salah di depan kelas dan bisa langsung mendapatkan penghargaan atau pembetulan
jika membuat kesalahan. Disinilah peran ibu menjadi sangat penting karena tugas
utama ibu adalah pengatur rumah tangga dan pendidik anak.
v Pembelajaran Bilingual
Satu pertanyaan yang muncul sebagai
tanggapan terhadap kecenderungan pengajaran bahasa inggris pada anak-anak adalah
sebagai berikut “ sudah perlukah bahasa inggris diajarkan pada anak-anak ?” Pertanyaan
ini tampaknya mudah diajukan. Jawaban terhadap pertanyaan ini bisa sederhana namun
bisa juga memerlukan penjelasan panjang lebar, bahkan pertanyaan yang sederhana
tersebut dapat memunculkan kontroversi yang berkepanjangan. Setidaknya ada tiga
alasan mengapa anak-anak perlu mempelajari bahasa inggris pada usia dini. Alasan
pertama adalah tuntutan pragmatis. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini tembok
pembatas geografis antar wilayah atau bahkan antar negara sudah mulai runtuh, berguguran
satu persatu akibat globalisasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
tampaknya merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab atas semakin terbukanya
hubungan antar manusia pada era global ini.
Alasan kedua merujuk pada alasan
legal formal dan kesepakatan internasional. Undang-undang Dasar 1945 memberikan
amanar kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. UU No 23 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan
pendidikan dan pengajaran guna pengembangan kepribadiannya dan kecerdasannya sesuai
dengan minat dan bakatnya.
Alasan yang ketiga adalah konseptual.
Brumfit (1991 : 11-12) menyatakan argumentasinya terkait dengan faktor usia muda
bahwa tidak ada alasan kuat dalam pembelajaran anak-anak untuk tidak mengajarkan
bahasa kedua pada mereka. Setidaknya ada empat faktor yang ia rujuk untuk mendasari
argumentasinya tersebut. Tiga faktor pertama tampaknya elevan untuk dibahas. Faktor
pertama adalah proses pematangan. Proses pematangan ini tampaknya lebih berpihak
pada pembelajar bahasa usia muda seorang anak belajar bahasa semakin mudah ia akan
menguasai bahasa tersebut. Faktor kedua yang berperan penting pada anak-anak dalam
mempelajari bahasa adalah emosi dan perasaan. Faktor ketiga adalah lingkungan. Anak-anak
cenderung memiliki peluang yang lebih baik dalam mengintegrasikan kebutuhan komunikasi
yang sesungguhnya dengan pengalaman kebahasaan barunya. Maksudnya dalam usia yang
ditandai dengan eksplorasi terhadap lingkungannya, anak-anak lebih memiliki peluang
yang lebih baik dalam menggunakan bahasa secara alami untuk mempresentasikan pemahamannya
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kebutuhan berkomunikasi anak-anak dengan
dengan menggunakan bahasa dalam lingkungan sekitarnya lebih terakomodasi secara
luas dan alami.
C. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah inti sebuah lembaga
pendidikan. Kurikulum yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang
terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan misi lembaga pendidikan yang
dicanangkan. Disinilah pentingnya menyusun kurikulum yang visioner dan prospektif.
Sehubungan dengan ciri-ciri di atas, tugas
perkembangan yang di emban anak-anak adalah
sebagai berikut :
ü Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
ü Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
ü Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya
ü Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
ü Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari
ü Mengembangkan hati nurani penghayatan moral, dan sopan santun
ü Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung
ü Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan :
§ Bersifat komprehensif. Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang
meningkatkan pekembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan
§ Dikembangkan atas dasar pekembangan secara bertahap. Kurikulum harus menyediakan
berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan
setiap anak
§ Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak
§ Melayani kebutuhan individu anak
§ Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
§ Mengembangkan standar kompetensi anak
§ Mewadahi layanan anak yang memiliki kebutuhan khusus
§ Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
§ Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
§ Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga
§ Memanejemen sumber daya manusia
§ Penyediaan sarana dan prasarana
Komponen Kurikulum
a.
Anak
Sasaran layanan pendidikan anak
usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokkan anak
didasarkan pada usia sebagai berikut :
1.
0-1 tahun
2.
1-2 tahun
3.
2-3 tahun
4.
3-4 tahun
5.
4-5 tahun
6.
5-6 tahun
b.
Pendidik
Kompetensi pendidik anak usia
dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau
sarjana (S-1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi
dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan
pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah sebagai
berikut :
1.
Usia 0-1 tahun
rasio 1:3 anak
2.
Usia 1-3 tahun
rasio 1:6 anak
3.
Usia 3-4 tahun
rasio 1:8 anak
4.
Usia 4-6 tahun
rasio 1:10/12 anak
c.
Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui
kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content)
dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam dua kelompok
usia. Materi usia lahir sampai 3 tahun meliputi :
1.
Pengenalan
diri sendiri (perkembangan konsep diri)
2.
Pengenalan
perasaan (perkembangan emosi)
3.
Pengenalan
tentang orang lain (perkembangan sosial)
4.
Pengenalan
berbagai gerak (perkembangan fisik)
5.
Mengembangkan
komunikasi (perkembangan bahasa)
6.
Keterampilan
berpikir (perkembangan kognitif)
d.
Penilaian (Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan
data, dokumentasi belajar, dan perkembangan anak. Assessment dilakukan melalui observasi
, konferensi dengan para guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak
dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian dapat dibuat dalam bentuk portofolio.
e.
Pengelolaan
Pembelajaran
Lembaga pendidikan anak usia
dini dilaksanakan sesuai satuan pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan
antara lain sebagai berikut :
·
Taman Penitipan
Anak (TPA) dilaksanakan 3-5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan
dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-3 minggu
·
Kelompok Bermain
(KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal
3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144-hari 32-34 minggu
·
Satuan PAUD
sejenis (SPS) dilaksanakan minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal
2 jam.
·
Taman Kanak-kanak
(TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam.
f.
Melibatkan
Peran Masyarakat
Pelaksanaan pendidikan
anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usai dini
dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan.
Penilaian Kurikulum
Evaluasi / penilaian adalah suatu analisis
yang sistematis untuk melihat efektivitas program yang diberikan dan pengaruh program
tersebut terhadap anak. Penilaian kurikulum dilakukan secara berkala dan berkesinambungan
oleh pemerintah pusat maupun daerah. Penilaian kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana kurikulum dilaksanakan dan kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi
dan tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi
di masyarakat. Hasil penilaian kurikulum digunakan
untuk menyempurnakan pelaksanaan dan
mengembangkan kurikulum selanjutnya.
Kurikulum dan pengembangannya, sebagaimana
keterangan di atas, harus dijadikan standar pembelajaran PAUD agar ada standar minimal
kualitas yang dicapai. Adapun dinamisasi dan optimalisasi menuju akselerasi kualitas
sangat ditentukan oleh profesionalitas manajemen yang mengandalkan ide-ide progresif
dari struktur yang diisi kader-kader berkualitas.
D. Ketrampilan
Keterampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak
peserta PAUD adalah keterampilan melukis, menggambar, memainkan permainan edukatif,
mengenali kemampuan terbesarnya dan lain-lain dengan latihan intensif. Keterampilan-keterampilan
ini bisa berkembang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik yang ada, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan pesatnya gelombang informasi
yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam konteks ini, guru berperan aktif
mengembangkan ketrampilan anak didik secara maksimal, mempunyai tips-tips dengan
bakat dan minatnya.
Fisilitas, sarana prasarana dan perangkat
yang lain harus disiapkan demi suksesnya pendidikan
keterampilan anak usia dini. Dengan sarana prasarana yang memadai, anak tertarik untuk mencoba sampai
bisa, mengingat watak dasar anak adalah meniru
dan melakukan apa saja yang disenanginya. Salah satu keterampilan yang seharusnya dikuasai anak usia
dini adalah keterampilan musik yang membangun jiwa,emosi, spiritual dan sosial bukan
yang merusak.
Menurut Sugiman, beberapa psikolog melihat
bahwa pengaruh positf musik pada manusia
tidak semudah analogi obat atas penyakit tertentu. Dr Alexandra Lemont (2000), pakar psikologi musik
dari Universitas Keele di Inggris mengatakan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
hanya dengan mendengarkan musik dapat memberikan
pengaruh pada kecerdasan maupun emosi anak.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa keterlibatan
aktif dengan musikal lah yang menyebabkan
musik mempunyai pengaruh positif bagi manusia. Aktif di sini tidak hanya bermakna
fisikal atau motorik tetapi juga secara mental, emosional dan spiritual. Memberi makna dan
nilai musik sebagai suatu hal yang berharga, bermanfaat dan menyenangkan.
Musik tidak sekedar dipandang sebagai suatu rangkaian
bunyi yang harus dimainkan atau didengarkan namun juga rangkaian bunyi indah yang
jika disimak lebih mendalam bisa menyampaikan sesuatu yang berharga kepada seseorang.
E. Pelatihan
Manajemen PAUD yang terdiri dari kelembagaan, metode pengajaran dan kurikulum adalah hal-hal yang harus dipahami,
baik secara teoritis dan praktis, oleh pengelola
PAUD dan orang-orang yan terkait di dalamnya. Untuk itu dibutuhkan pelatihan-pelatihan
secara intensif dan eksensif bagi calon pengelola PAUD agar materi dasar manajemen kelembagaan,
metode pengajaran, dan kurikulum dapat dipahami
secara mendalam. Pelatihan ini harus dirancang secara sistematis, efisien dan efektif
dengan jadwal yang tepat dan produktif. Secara tekhnis pelatihan ini membutuhkan narasumber yan berkualitas
baik dari akademisi, birokrat maupun praktisi,
tips-tips khusus aplikasi dan implementasi nya serta simulasi dan praktik langsung.
Menurut Dr. Fidesrinur M.Pd, profesionalisme
pendidik PAUD harus ditingkatkan melalui
pelatihan-pelatihan, insentif atau penghargaan dari pemerintah sehingga eksistensi pendidik PAUD dihargai dan diterima
masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan
dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan oleh National Early Childhood
Specialist Team (NEST) yang diprogramkan oleh Depdiknas pada bulan maret 2007 lalu di sembilan
kecamatan di daerah jakarta barat merupakan salah satu cara efektif dalam meningkatkan
eksistensi pendidik PAUD.
Cara lain untuk memberikan penyegaran pada
pendidik PAUD adalah dengan kerja sama Diknas
dengan universitas atau sekolah tinggi yang memiliki program studi PAUD. Selain untuk mempersiapkan calon
tutor PAUD telatih, pelatihan diselenggarakan
juga untuk menyadarkan dan meyakinkan masyarakat akan pentingnya menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini dengan melibatkan masyarakat setempat. Setelah mengikuti
pelatihan ini, para peserta diharapkan mampu
dan siap menjadi tutor PAUD dan daat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan tepat dan benar sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi setempat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Salah satu upaya memaksimalkan bakat,
potensi, kecerdasan, dan kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan
sekolah usia dini atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah
untuk bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh
dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus dan
lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding mereka yang
tidak diasah melalui program PAUD tersebut.
B. Saran
Dalam hal ini penulis
menyarankan agar pemerintah meningkatkan perannya dalam pendidikan anak usia dini,
baik dari pendanaan, perekrutan tutor yang sesuai dengan kualifikasi maupun membuka
ruang seluas-luasnya kepada masayarakat untuk mengembangkan PAUD yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asmani , Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : DIVA Press
Baraja, Abu Bakar. 2006 . Mendidik Anak Dengan Teladan. Jakarta : Studia Press
http://welcomeatdegaltar.blogspot.com/2010/05/manajemen-kurikulum-pendidikan-anak.html