Rahmad Maulidar

Rahmad Maulidar
Tgk. Rahmad Maulidar, S.Pd.I

Jumat, 21 Oktober 2016

MAKALAH : Manajemen Strategi PAUD

BAB I
PENDAHULUAN

A.             Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya memaksimalkan bakat, potensi, kecerdasan, dan kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan sekolah usia dini atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah untuk bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus dan lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding mereka yang tidak diasah melalui program PAUD tersebut.
Namun tidak semua lembaga penyelenggara PAUD mulai jenjang PreSchool, Play Group, dan TK mampu menyediakan metode, sarana, dan fasilitas penunjang kesuksesan pendidikan usia dini tersebut. Untuk itulah, para orang tua harus mampu menentukan secara strategis lembaga yang dipilihnya. Demikian pula para penyelenggara harus mampu memperbaiki segala kekurangan yang menghambat tujuan utama PAUD tersebut karena anak-anak usia dini yang identik dengan kegiatan bermain menjadi fase yang sangat menentukan perjalanan hidup   manusia. Sehingga, merencanakan dan melaksanakan pendidikan pada usia dini        ini menjadi sebuah keniscayaan yang tidak boleh disepelekan dan ditelantarkan.    Jika hal ini tidak diperhatikan, masa depan kualitas generasi penerus bangsa akan semakin mundur, kalah jauh dibanding negara-negara lain yang selalu sigap dan        cepat mempersiapkan kader-kader andalnya di era kompetisi global sekarang.
Negara ini tidak boleh lagi kecolongan dan ketinggalan. Pendidikan anak usia dini harus segera didirikan dan dikelola secara profesional di seluruh pelosok negeri ini. PAUD ini menjadi solusi terbaik pembentukan moral, agama, emosi, sosial, dan spirit kompetisi. Dengan PAUD, fase perkembangan anak akan berjalan secara fungsional dan produktif sehingga membentuk karakter yang kuat, kokoh dan progresif.

B.       Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, rumusan masalah yang diajukan adalah:
1.   Bagaimana sistem kelembagaan pada PAUD ?
2.   Bagaimana metode pengajaran ?
3.   Apa kurikulum yang dipakai ?
4.   Keterampilan apa saja yang diberikan di PAUD ?
5.   Pelatihan-pelatihan apa saja yang ada di PAUD ?



  
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Kelembagaan
         Mengelola pendidikan bukanlah mengelola sebuah tempat usaha barang, melainkan mengelola sumber daya manusia yang memiliki keunikan-keunikan masing-masing. Untuk itu,dibutuhkan formula yang tepat dalam mengatur segala          permasalahan manejemen pendidikan anak usia dini (PAUD). Ada beberapa model          penataan kelembagaan yang konvensional. Karena iu kita harus mencari model          yang paling tepat agar PAUD bisa berkembang dengan baik. Model manejemen     kelembagaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Pengelolaan PAUD selama ini terlalu banyak seninya dibanding dengan ilmunya sehingga gaya manejemen yang dilakukan lebih bersifat trial and error.
2.      Penerapan manajemen “gotong royong “ artinya semua orang melakukan semua pekerjaan. Tidak ada pembagian kerja yang tegas dan jelas. Sehingga proses manajemen tidak berlangsung secara efektif dan efisien. Bahkan sering terjadi benturan antara satu unit dengan unit lainnya. Inilah yang menyebabkan pendayagunaan sumber daya organisasi tidak secara sinergis dan banyak pemborosan. Dalam hal ini yang terjadi adalah sama-sama bekerja bukan kerja sama.
3.      Gaya manajemen tukang cukur yaitu satu orang melakukan semua pekerjaan, mulai dari membuka kios, menyapu, memotong rambut, menutup kios dan mengelola keuangan sekaligus. Dalam organisasi banyak orang yang merasa dirinya mampu dalam segala hal dan tidak memberikan porsi pekerjaan kepada orang lain. Akibatnya organisasi yang semestinya dapat menjalankan beban pekerjaan yang lebih banyak justru tidak dapat melakukan pekerjaan karena tersentralisasi di tangan beberapa orang saja sedang yang lain justru kurang pekerjaan.
4.      Penerapan manajemen “sungkanisme” yaitu suatu manajemen yang tidak asertif. Budaya sungkan (segan) menegur kesalahan teman dan budaya marah kalau ditegur teman membuat organisasi berjalan tak tentu arah, sehingga tidak bisa mencapai tujuan yang dikehendaki.
   Empat model manajemen tersebut memiliki banyak kekurangan. Tidak ada aspek struktural, job description, koordinasi, evaluasi dan proyeksi ke depan. Dalam konteks ini dibutuhkan model manajemen yang lebih dinamis, progresif, dan mempunyai unsur pemberdayaan dan penguatan. Disinilah pentingnya manajemen partisipatif yang mengedepankan kolektivitas, teamwork, soliditas dan kualitas kinerja.

B.     Metode Pengajaran
         Mengajar anak usia dini membutuhkan metodologi yang unik dan kreatif. Disinilah   signifikansi dan urgensi peran seorang guru dalam mendidik dan menggali potensi    anak didik. Menurut Rini Utami Aziz, pendidik harus memiliki kualifikasi     akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,     serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam          pasal 29, pendidik pada pendidikan anak usia dini harus diploma (D-IV) atau            sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini,      kependidikan lain, atau psikologi dan sertifikat profesi guru untuk PAUD.
         Kualitas pendidik sangat menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Kegagalan    dan kesuksesan pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga pengajar yang   menguasai materi, metodologi pengajaran dan skills yang profesional.
         Tahapan mengajar anak usia dini
         Walaupun pendidikan berlangsung sepanjang hayat namun menurut Maria Montessori, enam tahun pertama masa anak adalah jangka waktu yang paling penting bagi perkembangannya. Tahun prasekolah menjadi masa anak membina kepribadian mereka. Karenanya setiap usaha yang di rancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada awal ini untuk      membimbing anak menjadi diri mereka dengan segala kelebihannya. Orang tua dan             pendidik harus dapat membantu anak menyadari dan merealisasikan potensi anak untuk menimba ilmu pengetahuan, bakat, dan kepribadian yang utuh.
         Selain tawaran beberapa metode di atas ada beberapa etode pengajaran lain yang      layak dipertimbangkan untuk mencapai hasil maksimal dalam pengajaran anak usia dini yaitu :
v  Metode Global (Ganze Method)
Anak belajar membuat suatu kesimpulan dengan kalimatnya sendiri. Contohnya ketika membaca buku, minta anak menceritakan kembali dengan rangkaian katanya sendiri. Sehingga informasi yang anak peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diserap lebih lama. Dengan demikian anak akan terlatih berpikir kreatif dan berinisiatif.
v  Metode Percobaan (Experimental method)
Metode pengajaran ini mendorong dan memberi kesempatan anak melakukan percobaan sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya anak belajar tentang tanaman piang, lalu belajar menanamnya.
v  Metode Learning by doing
Menurut Nazhori Author, sabda Rasulullah yang berbunyi “ sholatlah kamu seperti kamu lihat aku sholat “ adalah sebuah bukti bahwa proses belajar mengajar sudah berlangsung sejak zaman Rasululla sebagai fondasi awal dalam pendidikan Islam. Sabda tersebut juga mengandung unsur pedagogis dimana bahasa nonverbal yang disampaikan Rasulullah sampai saat ini masih menjadi bumbu penyedap dalam melengkapi meteode pengajaran. Artinya bahasa nonverbal memegang peranan dalam proses belajar mengajar. Bahkan bahasa nonverbal banyak dgunakan taman kanak-kanak atau kelompok bermain (play group) yang banyak mengadopsi model belajar kindergarten nya froebel dan model belajar Casa Dei Bambini nya Montessori.
v  Metode Home Schooling Group
Rumah merupakan lingkungan terdekat anak dan tempat belajar yang paling baik buat anak. Di rumah, anak bisa belajar selaras dengan keinginannya sendiri. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi, tidak perlu harus bersaing dengan anak-anak yang lain, tidak perlu harus ketakutan menjawab salah di depan kelas dan bisa langsung mendapatkan penghargaan atau pembetulan jika membuat kesalahan. Disinilah peran ibu menjadi sangat penting karena tugas utama ibu adalah pengatur rumah tangga dan pendidik anak.
v  Pembelajaran Bilingual
Satu pertanyaan yang muncul sebagai tanggapan terhadap kecenderungan pengajaran bahasa inggris pada anak-anak adalah sebagai berikut “ sudah perlukah bahasa inggris diajarkan pada anak-anak ?” Pertanyaan ini tampaknya mudah diajukan. Jawaban terhadap pertanyaan ini bisa sederhana namun bisa juga memerlukan penjelasan panjang lebar, bahkan pertanyaan yang sederhana tersebut dapat memunculkan kontroversi yang berkepanjangan. Setidaknya ada tiga alasan mengapa anak-anak perlu mempelajari bahasa inggris pada usia dini. Alasan pertama adalah tuntutan pragmatis. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini tembok pembatas geografis antar wilayah atau bahkan antar negara sudah mulai runtuh, berguguran satu persatu akibat globalisasi. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tampaknya merupakan salah satu faktor yang bertanggung jawab atas semakin terbukanya hubungan antar manusia pada era global ini.
Alasan kedua merujuk pada alasan legal formal dan kesepakatan internasional. Undang-undang Dasar 1945 memberikan amanar kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. UU No 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran guna pengembangan kepribadiannya dan kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Alasan yang ketiga adalah konseptual. Brumfit (1991 : 11-12) menyatakan argumentasinya terkait dengan faktor usia muda bahwa tidak ada alasan kuat dalam pembelajaran anak-anak untuk tidak mengajarkan bahasa kedua pada mereka. Setidaknya ada empat faktor yang ia rujuk untuk mendasari argumentasinya tersebut. Tiga faktor pertama tampaknya elevan untuk dibahas. Faktor pertama adalah proses pematangan. Proses pematangan ini tampaknya lebih berpihak pada pembelajar bahasa usia muda seorang anak belajar bahasa semakin mudah ia akan menguasai bahasa tersebut. Faktor kedua yang berperan penting pada anak-anak dalam mempelajari bahasa adalah emosi dan perasaan. Faktor ketiga adalah lingkungan. Anak-anak cenderung memiliki peluang yang lebih baik dalam mengintegrasikan kebutuhan komunikasi yang sesungguhnya dengan pengalaman kebahasaan barunya. Maksudnya dalam usia yang ditandai dengan eksplorasi terhadap lingkungannya, anak-anak lebih memiliki peluang yang lebih baik dalam menggunakan bahasa secara alami untuk mempresentasikan pemahamannya terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kebutuhan berkomunikasi anak-anak dengan dengan menggunakan bahasa dalam lingkungan sekitarnya lebih terakomodasi secara luas dan alami.

C.     Kurikulum
         Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan        bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum adalah inti sebuah lembaga pendidikan. Kurikulum yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan misi lembaga pendidikan yang dicanangkan. Disinilah pentingnya menyusun kurikulum yang visioner dan prospektif.
         Sehubungan dengan ciri-ciri di atas, tugas perkembangan yang di emban anak-anak adalah sebagai berikut :
ü  Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
ü  Membangun sikap yang sehat terhadap diri sendiri
ü  Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya
ü  Mengembangkan peran sosial sebagai lelaki atau perempuan
ü  Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam hidup sehari-hari
ü  Mengembangkan hati nurani penghayatan moral, dan sopan santun
ü  Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, matematika dan berhitung
ü  Mengembangkan diri untuk mencapai kemerdekaan diri

         Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
§  Bersifat komprehensif. Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan pekembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan
§  Dikembangkan atas dasar pekembangan secara bertahap. Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak
§  Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak
§  Melayani kebutuhan individu anak
§  Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
§  Mengembangkan standar kompetensi anak
§  Mewadahi layanan anak yang memiliki kebutuhan khusus
§  Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
§  Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
§  Menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga
§  Memanejemen sumber daya manusia
§  Penyediaan sarana dan prasarana

          Komponen Kurikulum
a.       Anak
Sasaran layanan pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun. Pengelompokkan anak didasarkan pada usia sebagai berikut :
1.      0-1 tahun
2.      1-2 tahun
3.      2-3 tahun
4.      3-4 tahun
5.      4-5 tahun
6.      5-6 tahun
b.      Pendidik
Kompetensi pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau sarjana (S-1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang-kurangnya telah mendapatkan pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah sebagai berikut :
1.      Usia 0-1 tahun rasio 1:3 anak
2.      Usia 1-3 tahun rasio 1:6 anak
3.      Usia 3-4 tahun rasio 1:8 anak
4.      Usia 4-6 tahun rasio 1:10/12 anak
c.       Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi (content) dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam dua kelompok usia. Materi usia lahir sampai 3 tahun meliputi :
1.      Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)
2.      Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
3.      Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)
4.      Pengenalan berbagai gerak (perkembangan fisik)
5.      Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
6.      Keterampilan berpikir (perkembangan kognitif)
d.      Penilaian (Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data, dokumentasi belajar, dan perkembangan anak. Assessment dilakukan melalui observasi , konferensi dengan para guru, survei, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian dapat dibuat dalam bentuk portofolio.
e.       Pengelolaan Pembelajaran
Lembaga pendidikan anak usia dini dilaksanakan sesuai satuan pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan antara lain sebagai berikut :
·         Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3-5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-3 minggu
·         Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144-hari 32-34 minggu
·         Satuan PAUD sejenis (SPS) dilaksanakan minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam.
·         Taman Kanak-kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam.
f.       Melibatkan Peran Masyarakat
               Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh        komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah, yayasan maupun perorangan.

          Penilaian Kurikulum
         Evaluasi / penilaian adalah suatu analisis yang sistematis untuk melihat efektivitas program yang diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap anak. Penilaian kurikulum dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Penilaian kurikulum dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kurikulum dilaksanakan dan kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hasil penilaian kurikulum digunakan untuk menyempurnakan        pelaksanaan dan mengembangkan kurikulum selanjutnya.
         Kurikulum dan pengembangannya, sebagaimana keterangan di atas, harus dijadikan standar pembelajaran PAUD agar ada standar minimal kualitas yang dicapai. Adapun dinamisasi dan optimalisasi menuju akselerasi kualitas sangat ditentukan oleh profesionalitas manajemen yang mengandalkan ide-ide progresif dari struktur yang diisi kader-kader berkualitas.

D.     Ketrampilan
         Keterampilan yang seharusnya dikuasai anak-anak peserta PAUD adalah keterampilan melukis, menggambar, memainkan permainan edukatif, mengenali kemampuan terbesarnya dan lain-lain dengan latihan intensif. Keterampilan-keterampilan ini bisa berkembang sesuai dengan perkembangan potensi anak didik yang ada, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan pesatnya gelombang           informasi yang berjalan secara massif dan eskalatif. Dalam konteks ini, guru berperan aktif mengembangkan ketrampilan anak didik secara maksimal, mempunyai tips-tips dengan bakat dan minatnya.
         Fisilitas, sarana prasarana dan perangkat yang lain harus disiapkan demi suksesnya    pendidikan keterampilan anak usia dini. Dengan sarana prasarana yang memadai, anak tertarik untuk mencoba sampai bisa, mengingat watak dasar anak adalah        meniru dan melakukan apa saja yang disenanginya. Salah satu keterampilan yang seharusnya dikuasai anak usia dini adalah keterampilan musik yang membangun jiwa,emosi, spiritual dan sosial bukan yang merusak.
         Menurut Sugiman, beberapa psikolog melihat bahwa pengaruh positf musik pada      manusia tidak semudah analogi obat atas penyakit tertentu. Dr Alexandra Lemont (2000), pakar psikologi musik dari Universitas Keele di Inggris mengatakan tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hanya dengan mendengarkan musik dapat          memberikan pengaruh pada kecerdasan  maupun emosi anak.
         Beberapa fakta menunjukkan bahwa keterlibatan aktif dengan musikal lah yang        menyebabkan musik mempunyai pengaruh positif bagi manusia. Aktif di sini tidak hanya bermakna fisikal atau motorik tetapi juga secara mental, emosional dan spiritual. Memberi makna dan nilai musik sebagai suatu hal yang berharga, bermanfaat dan menyenangkan. Musik tidak sekedar dipandang sebagai suatu         rangkaian bunyi yang harus dimainkan atau didengarkan namun juga rangkaian bunyi indah yang jika disimak lebih mendalam bisa menyampaikan sesuatu yang          berharga kepada seseorang.

E.     Pelatihan
         Manajemen PAUD yang terdiri dari kelembagaan, metode pengajaran dan     kurikulum adalah hal-hal yang harus dipahami, baik secara teoritis dan praktis, oleh             pengelola PAUD dan orang-orang yan terkait di dalamnya. Untuk itu dibutuhkan pelatihan-pelatihan secara intensif dan eksensif bagi calon pengelola PAUD agar materi dasar manajemen kelembagaan, metode pengajaran, dan kurikulum dapat    dipahami secara mendalam. Pelatihan ini harus dirancang secara sistematis, efisien dan efektif dengan jadwal yang tepat dan produktif. Secara tekhnis pelatihan ini membutuhkan narasumber yan berkualitas baik dari akademisi, birokrat maupun        praktisi, tips-tips khusus aplikasi dan implementasi nya serta simulasi dan praktik langsung.
         Menurut Dr. Fidesrinur M.Pd, profesionalisme pendidik PAUD harus ditingkatkan   melalui pelatihan-pelatihan, insentif atau penghargaan dari pemerintah sehingga          eksistensi pendidik PAUD dihargai dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus       dilakukan dan diterima masyarakat. Pelatihan yang harus dilakukan oleh National Early Childhood Specialist Team (NEST) yang diprogramkan oleh Depdiknas pada bulan maret 2007 lalu di sembilan kecamatan di daerah jakarta barat merupakan salah satu cara efektif dalam meningkatkan eksistensi pendidik PAUD.
         Cara lain untuk memberikan penyegaran pada pendidik PAUD adalah dengan kerja sama Diknas dengan universitas atau sekolah tinggi yang memiliki program studi             PAUD. Selain untuk mempersiapkan calon tutor PAUD telatih, pelatihan         diselenggarakan juga untuk menyadarkan dan meyakinkan masyarakat akan pentingnya menyelenggarakan program pendidikan anak usia dini dengan   melibatkan masyarakat setempat. Setelah mengikuti pelatihan ini, para peserta   diharapkan mampu dan siap menjadi tutor PAUD dan daat menyelenggarakan          pendidikan anak usia dini dengan tepat dan benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.




  
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.       Kesimpulan
Salah satu upaya memaksimalkan bakat, potensi, kecerdasan, dan kreativitas anak ialah dengan menyertakannya dalam kegiatan sekolah usia dini atau PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ). Sedini mungkin anak diasah untuk bersikap disiplin, bertanggung jawab, berjiwa sosial, kreatif, inovaif, penuh dedikasi, menjalankan program dll. Dengan metode yang tepat, kurikulum bagus dan lembaga bonafid niscaya anak akan lebih mampu bekembang pesat dibanding mereka yang tidak diasah melalui program PAUD tersebut.
B.         Saran
          Dalam hal ini penulis menyarankan agar pemerintah meningkatkan perannya dalam pendidikan anak usia dini, baik dari pendanaan, perekrutan tutor yang sesuai dengan kualifikasi maupun membuka ruang seluas-luasnya kepada masayarakat untuk mengembangkan PAUD yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya.






DAFTAR PUSTAKA


Asmani , Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : DIVA Press
Baraja, Abu Bakar. 2006 . Mendidik Anak Dengan Teladan. Jakarta : Studia Press
http://welcomeatdegaltar.blogspot.com/2010/05/manajemen-kurikulum-pendidikan-anak.html


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

MAKALAH : Latar Belakang Penggunaan Pembelajaran di PAUD

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar bagi kemampuan fisik, bahasa, sosial emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga upaya pengembangan seleuruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Hal tersebut merupakan hak bagi anak, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak, yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berprestasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasi dari hak tersebut, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pembelajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru/tutor sebagai ujung tombak pendidikan anak usia dini harus mampu mengembangkan pendekatan, model dan metode pembelajaran yang mampu mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik, maupun perkembangan mental-emosionalnya. Dalam hal ini, pemilihan dan penyusunan model dan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sarana belajar yang tersedia. 
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengkaji berbagai metode pembelajaran yang sesuai untuk pendidikan anak usia dini. Metode-metode tersebut kemudian dianalisis baik kelebihan maupun kelemahannya, sehingga dapat diperoleh mana metode yang sesuai dengan pendidikan anak usia dini.

B.     Rumusan Masalah
Berdasatkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan malah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana latar belakang penggunaan pembelajaran di pendidikan anak usia dini?
2.    Metode-metode pembelajaran apa saja yang biasa dilakukan dalam pembelajaran anak usia dini?

C.    Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui bagaimana latar belakang penggunaan pembelajaran di pendidikan anak usia dini?
2.      Untuk mengetahui metode-metode  pembelajaran apa saja yang biasa dilakukan dalam pembelajaran anak usia dini?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penegrtian, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
1.      Penegrtian
Pembelajaran anak usia dini merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Hal ini disebabkan interaksi tersebut mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.
Menurut Vigotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Disisi lain Greeberg menyatakan bahwa pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan hidup bersama dengan lingkungannya.
2.      Tujuan
Secara umum pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan prasekolah anak di harapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya antara lain agama, intelektual, sosial, emosi, dan fisik. Juga memiliki dasar-dasar aqidah yang harus sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan-kebiasaan perilaku yang diharapkan. Selain itu anak diharapkan menguasai sejumlah pengetahuan dan keteramilan dasar sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan positif.
3.      Fungsi
Sesuai dengan rumusan tujuan di atas, dapat dikemukakan bahwa secara garus besar terdapat lima fungsi utama pendidikan prasekolah, yakni:
1.      Fungsi pengembangan potensi
2.      Fungsi penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan
3.      Fungsi pembentukan dan pembiasaan prilaku yang diharapkan.
4.      Fungsi pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.
5.      Fungsi pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Lima fungsi pendidikan prasekolah tersebut sebenarnya susah untuk dipisahkan satu sama lain karena semuanya merupakan sesuatu yang saling terjalin dan bersifat terpadu dalam perwujudannya. Namun untuk kepentingan penjelasan, lima fungsi pendidikan prasekolah tersebut perlu dinyatakan secara ekplisit agar para pendidi atau guru prasekolah tidak melupakan atau mengabaikan salah satu di antaranya.

B.     Konsep Dasar Pembelajaran Anak Usia Dini
Konsep dasar pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya anak belajar melalui bermain, oleh karena itu pembelajaran pada pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain sambil belajar, artinya anak belajar melalui cara-cara yang menyenangkan, aktif dan bebas. Bebas artinya tidak didasarkan pada perintah atau target orang lain serta memiliki keleluasaan kapan mulai dan kapan berakhir. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai ekplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Agar suasana belajar tidak memberikan beban dan membosankan anak, suasana belajar perlu dibuat secara alami, hangat dan menyenangkan. Aktivitas bermain yang memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungannya merupakan hal yang diutamakan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai objek dalam kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
Akibat jika pembelajaran anak usia dini tidak sesuai dengan prisnip “belajar melalui bermain” maka anak akan mengalami tahab perkembangan yang kurang optimal, yang berakibat anak akan memiliki sikap cenderung bermusuhan. Proses pembelajaran yang akan dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut :
a.         Berangkat dari yang dimiliki anak.
Setiap anak membawa segala pengetahuan yang telah dimilikinya terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalaman belajar tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan pengetahuan baru, maka pembelajaran itu akan membosankan. Pengalaman belajar hendaknya mengandung sebagian unsur yang sudah dikenal oleh anak dan sebagian lainnya merupakan pengalaman yang baru.
b.         Belajar harus menantang pemahaman anak.
Untuk memastikan terjadinya pengembangan pada anak, aktivitas pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya. Bila anak mampu menyelesaikan tantangan pertama, maka anak diberikan tantangan berikutnya yang lebih sulit dari pertama. Jika anak tidak dirangsang dengan tantangan berikutnya, maka selain anak bosan akan menyebabkan pemahaman anak tidak akan berkembang dengan optimal.
c.         Belajar dilakukan sambil bermain.
Belajar melalui bermain dapat memberi kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekpresi- kan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Bermain juga dapat membantu anak mengenal diri sendiri, dengan siapa ia hidup, dan dilingkungan mana ia hidup. Bermain merupakan sarana belajar, muncul dari dalam diri anak, bebas dan terbebas dari aturan yang mengikat, aktivitas nyata atau sesungguhnya, berfokus pada proses daripada hasil, harus didominasi oleh pemain, serta melibatkan peran aktif dari pemain.
d.        Menggunakan alam sebagai sarana pembelajaran.
Alam merupakan sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan berinteraksi dalam membangun pengetahuannya. Robin Dranath Tagore menggunakan model pembelajarannya hampir 90 % kegiatannya dilakukan dengan berinteraksi dengan alam. Anak diajarkan dapat membangun ikatan emosional di antara teman-temannya, menciptakan kesenangan belajar, menjalin hubungan serta mempengaruhi memori dan ingatan yang cukup lama akan bahan-bahan yang dipelajari.
e.         Belajar dilakukan melalui sensorinya.
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau inderawinya yaitu: peraba, pencium, pendengar, penglihat dan perasa. Setiap sensori anak akan merespon stimulan atau rangsangan yang diterima. Oleh karenanya pembelajaran hendaknya memberikan stimulasi yang dapat merangsang setiap sensori yang dimiliki anak.
f.          Belajar membekali keterampilan hidup.
Belajar harus dapat membekali anak untuk memiliki keterampilan hidup (lifeskill) sesuai dengan kemampuan anak, dengan demikian anak diajarkan untuk memiliki kemandirian dan rasa tanggungjawab terhadap dirinya. Misalnya mampu memakai sepatu, menyisir rambut, makan dan minum sendiri, dan sebagainya.
g.         Belajar sambil melakukan.
Student Avtive learning adalah salah satu bentuk pembelajaran yang diilhami oleh John Dewey (learning by doing) dan diteruskan oleh Killpatrik dengan pengajaran proyek. Pembelajaran proyek sangat memberikan kesempatan pada anak untuk aktif, mau bekerja dan secara produktif menemukan berbagai pengetahuan baru.

C.   Model Pembelajaran Anak Usia Dini
Dasar penyusunan model pembelajaran anak usia dini adalah silabus yang dikembangkan menjadi: program semester, satuan kegiatan mingguan, satuan kegiatan harian. Oleh karena itu model pembelajaran merupakan gambaran konkrit yang dilakukan pendidik dan peserta didik sesuai RKH yang telah dibuat.
Beberapa model pembelajaran yang dilaksanakan di PAUD:

1.        Model Pembelajaran Klasikal
Adalah suatu pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas. Pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Sarana pembelajaran terbatas dan kurang memperhatikan minat anak secara individu.
2.        Model Pembelajaran Berdasarkan Kelompok dengan Kegiatan Pengamanan
Dalam pembelajaran ini anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda. dalam satu pertemuan anak harus menyelesaikan 2 – 3 kegiatan dan secara bergantian. Bila ada anak yang sudah menyelesaikan tugas lebih cepat, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan lain di kelompok yang tersedia tempat. Kalau tidak ada tempat anak dapat bermain di kegiatan pengaman. Kegiatan pengaman disediakan alat-alat yang bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema / sub tema.
3.        Model pembelajaran berdasarkan sudut
Langkah-langkah pembelajaran hampir sama dengan model area, hanya sudut-sudut kegiatan merupakan pusat kegiatan. Alat-alat kegiatan yang disediakan lebih bervariasi, sering diganti sesuai dengan tema dan sub tema.
4.        Model pembelajaran berdasarkan area Model
Pembelajaran ini lebih memberikan kesempatan kepada anak dalam memilih / menentukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Pembelajaran ini untuk memenuhi kebutuhan anak dan menghormati keberagaman budaya serta menekankan pada pengalaman belajar bagi setiap anak.
5.        Model pembelajaran berdasarkan sentra
Pembelajaran sentra dilakukan secara tuntas mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus pada satu kelompok usia PAUD dalam satu kegiatan di satu sentra kegiatan Setiap sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis bermain: bermain sensori motor/fungsional, bermain peran, bermain konstruktif (membangun pemikiran anak).
Bermain sensorimotor adalah permainan menangkap rangsangan melalui penginderaan dan menghasilkan gerakan sebagai reaksi. Anak belajar melalui pancaindera dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Misal : menakar air, meremas kertas bekas, menggunting, dan lain-lain.
Bermain peran :bermain peran makro (besar), bermain peran mikro (kecil), bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi (bermain drama), bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang telah dimiliki.  
Bermain konstruktif : menunjukkan pemikiran, ide dan gagasan menjadi karya nyata. Bermain konstruktif sifat cair (air, pasir, spidol dan lain-lain). Sedangkan bermain konstruktif (balok-balok, lego, dan lain-lain).

6.        Model pembelajaran berdasarkan sentra
Sentra bermain terdiri dari :
a.       Sentra bahan alam dan sains.
Bahan-bahan yang diperlukan disentra ini adalah daun, ranting, kayu, pasir, air, batu, biji-bijian, dan lain-lain. Alat yang digunkan diantaranya sekop, corong, ember, dan lain-laian
b.      Sentra balok
Sentra balok berisi berbagai macam balok dalam berbagai bentuk, ukuran, warna, dan tektur.
c.       Sentra seni
Bahan-bahan yang diperlukan diarea ini adalah kertas, cat air, krayon, spidol, gunting, kapur, tanah liat, pasir, lilin, kain, daun, potongan-potongan bahan/gambar.
d.      Sentra bermain peran.
Sentra bermain peran terdiri dari, sentra bermain peran makro dapat menggunakan anak sebagai model. Sentra bermain peran mikro misalnya, menggunakan boneka maket meja kursi, rumah-rumahan dan sebagainya..
e.       sentra persiapan.
Bahan yang ada pada sentra ini adalah, buku-buku, kartu kata, kartu huruf, kartu angka dan bahan-bahan untuk kegiatan menyimak, bercakap-cakap dan persiapan menulis, berhitung.
f.       sentra agama.
Bahan-bahan yang disiapkan adalah maket tempat ibadah, perlengkapan ibadah, gambar-gambar, buku-buku cerita keagamaan dan sebagainya.
g.      sentra musik.
Bahan yang dibutuhkan pada sentra musik, misalnya: botol beling/kaca, tempurung kelapa, rebana, tutup botol, triangle dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.      Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
2.      Terdapat beberapa metode yang biasanya diterapkan pada anak usia dini, antara lain : bermain, bercerita, bernyanyi, bercakap ( dialog dengan tanya jawab ), karya wisata, praktik langsung, bermain peran ( sosio-drama ), penugasan dan metode lainnya yang dianggap mampu mendorong pembelajaran anak usia dini sehingga mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Tidak satupun metode pembelajaran yang lebih unggul daripada yang lainnya. Semua metode baik asal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan ketersediaan sarana belajar anak.

B.    Saran
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku diperpustakaan maupun pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di kemudian harinya. Terimakasih..
untuk file Presentasi Power Point dapat di download di:


DAFTAR PUSTAKA

Agus Ruslan. 2007. Pendidikan usia Dini yang Baik, Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan. Darul ma’arif:Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. 2002. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). Depdiknas:Jakarta.





http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com