Rahmad Maulidar

Rahmad Maulidar
Tgk. Rahmad Maulidar, S.Pd.I

Jumat, 11 November 2016

MAKALAH : Manajemen Kurikulum (Magement Curicullum)

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Manajemen Kurikulum
Istilah manajemen kurikulum berasal dari dua suku kata, yaitu manajemen dan kurikulum. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dan seni  dalam melakukan kerjasama dalam suatu organisasi melalui proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan berbagai unsur guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dan secara sederhana Syafaruddin menyimpulkan bahwa konfigurasi manajemen berisikan adanyan organisasi sebagai wadah formal, adanya manajer yang melakukan aktivitas manajemen, adanya anggota organisasi bisnis atau perusahaan dan organisasi jasa lainnya, serta fungsi-fungsi dan prosedur yang harus dijalankan sebagai ilmu yang bersumber dari pengalaman empiris selama ini.
Adapun manajemen kurikulum didefinisikan Rusman sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistemtik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,  dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan, kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan di mana sekolah itu berada.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 1 ayat (15) dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
B.     Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Dalam melaksanakan manajemen kurikulum, sedikitnya ada 5 prinsip yang harus menjadi perhatian penting, yaitu:
  1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
  2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
  3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
  4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
  5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber maupun komponen kurikulum. Sehingga tak heran bila kurikulum ini memiliki banyak fungsi, di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
  2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal,
  3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
  4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran,
  5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, dan
  6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan kurikulum.
C.    Implementasi Manajemen Kurikulum
Salah satu sasaran dari kebijakan desentralisasi pendidikan adalah kemandirian setiap satuan pendidikan, termasuk dalam implementasi serta pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, pemerintah hanya menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum, sedangkan dalam pengembangannya diserahkan kepada masing-masing satuan pendidikan. Secara terperinci Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 38 Ayat (1) dan (2) menyebutkan sebagai berikut:
1.      Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan oleh Pemerintah.
2.      Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervise dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah.
Secara garis besar beberapa kegiatan berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen kurikulum perlu dirumuskan oleh satuan pendidikan, khususnya terhadap langkah-langkah pelaksanaan dan implementasi kurikulum tersebut. Diantara langkah-langkah pelaksanaan serta implementasi kurikulum yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan/sekolah adalah melalui empat tahap, yaitu:
a) Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut.
Secara umum, dalam perencanaan kurikulum harus  dipertimbangkan kebutuhan masyarakat, karakteristik pembelajar, dan lingkup pengetahuan menurut hierarki keilmuan. Siswa dengan karakteristik tersebut memiliki dua kemungkinan; meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, atau terjun ke dunia kerja serta masyarakat.
b) Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian kurikulum, di antaranya:
1.    Ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran; dalam hal ini yang menjadi pertimbangan dalam penentuan materi pelajaran adalah adanya integrasi antara aspek masyarakat (yang mencakup nilai budaya dan sosial) dengan aspek siswa (yang mencakup minat, bakat dan kebutuhan).
2.    Kontinuitas kurikulum; dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam pengorganisasian kurikulum adalah yang berkaitan dengan substansi bahan yang dipelajari siswa, agar jangan samapi terjadi pengulangan ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya.
3.    Keseimbangan bahan pelajaran; dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian bahan pelajaran dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus terjadi.
4.    Alokasi waktu; dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah alokasi waktu yang dibutukan dalam kurikulum harus sesuai dengan jumlah materi yang disediakan.
c) Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum merupakan penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya. Implementasi ini juga sekaligus merupakan penelitian lapangan untuk keperluan validasi sistem kurikulum itu sendiri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a-      kompetensi pedagogik
b-      kompetensi professional
c-      kompetensi kepribadian, dan
d-     kompetensi sosial.
Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi professional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan. Metode yang digunakan oleh seorang guru tersebut   sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini yang menuntut siswa aktif dan kreatif.
d) Evaluasi Kurikulum
Yang dimaksud dengan evaluasi kurikulum ialah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh aman siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi kurikulum tersebut dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi adalah efektivitas, efisiensi, relevansi, dan kelayakan (feasibility) program.
Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap berbagai komponen pokok yang ada dalam kurikulum, di antara komponen yang dapat dievaluasi adalah sebagai berikut:
  1. Evaluasi Tujuan Pendidikan; merupakan evaluasi terhadap tujuan setiap mata pelajaran untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya, baik terhadap tingkat perkembangan siswa maupun ketercapaiannya dengan visi-misi lembaga pendidikan.
  2. Evaluasi terhadap Isi/Materi Kurikulum; merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap seluruh pokok bahasan yang diberikan dalam setiap mata pelajaran untuk mengetahui ketersesuaiannya dengan pengalaman, karakteristik lingkungan, serta perkembangan ilmu dan teknologi.
  3. Evaluasi terhadap Strategi Pembelajaran; merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru terutama di dalam kelas guna mengetahui apakah strategi pembelajaran yang dilaksanakan dapat berhasil dengan baik.
4.      Evaluasi terhadap Program Penilaian; merupakan evaluasi terhadap program penilaian yang dilaksanakan guru selama pelaksanaan pembelajaran baik secara harian, mingguan, semester, maupun penilaian akhir tahun pembelajaran.
D.    Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Pelaksanaan Kurikulum
Keberhasilan pelaksanaan kurikulum di sekolah tidak terlepas dari beberapa sumber daya pendukung, di antaranya adalah manajemen sekolah,  pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran, penggunaan strategi dan model-model pembelajaran, dan kinerja guru.
1) Manajemen Sekolah
Desentralisasi pendidikan merupakan upaya untuk mendelegasikan sebagian atau seluruh wewenang di bidang pendidikan yang seharusnya dilakukan oleh unit atau pejabat pusat kepada unit atau pejabat di bawahnya, atau dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, atau dari pemerintah kepada masyarakat. Salah satu wujud dari desentralisasi ialah terlaksananya proses otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan. Di antara tujuan desentralisasi pendidikan ini ialah untuk mengurangi campur tangan atau intervensi pusat terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang sepatutnya bisa diputus dan dilaksanakan oleh unit di tataran bawah.
2) Pemanfaatan Sumber Belajar
Sumber belajar diartikan sebagai semua sumber, baik berupa data, orang maupun wujud tertentu yang dapat digunakan oleh anak didik dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut, sumber belajar dapat digunakan baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar tersebut mencakup pesan (message), orang (people), bahan (materials), alat dan peralatan (tools and equipment), teknik (technique), dan lingkungan (setting). Dan secara sederhana sumber belajar dapat dimengerti sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat dimanfaatkan untuk membantu optimalisasi hasil belajar.
3) Penggunaan Media Pembelajaran
Media dapat diartikan sebagai bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan infromasi dari sumber ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih, misalnya bahan grafis, OHP, slide, audio kaset, TV, komputer, perangkat praktikum, dan lain sebagainya.
4) Penggunaan Strategi dan Model-model Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada peserta didik. Strategi pada dasarnya tidak sama dengan metode. Strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
5) Kualitas Kinerja Guru
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Seorang guru dikatakan profesional jika ia seorang ilmuwan yang dibekali dengan kemampuan dan keterampilan untuk menjadi guru. Ia harus menguasai keterampilan metodologis, karena dengan keterampilan metodologis inilah yang menjadi ciri khas yang membedakan guru dengan profesi lainnya.
E.     Manajemen Kurikulum dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran
Adanya sistem desentralisasi pendidikan dianggap sebagai jalan yang terbaik guna menata pendidikan Indonesia di masa mendatang. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai konsepsi dasar manajemen pendidikan masa kini merupakan konsep manajemen sekolah yang memberikan kewenangan dan kepercayaan yang luas bagi sekolah berdasarkan profesionalisme untuk menata organisasi sekolah.
Adapun fungsi utamanya adalah mencari, mengembangkan, dan mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia, serta memperbaiki kinerja sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Kinerja sekolah akan sangat ditentukan oleh kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah yang menyangkut pengembangan kurikulum. Namun demikian, dalam merumuskan kebijakan, sekolah tetap mengacu kepada kebijakan pusat serta memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat.
F.     Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Model KBK adalah salah satu model kurikulum dari sekian model yang ada (subjek akademik, rekonstruksi sosial, humanistik, dll.), sementara KTSP bukan model kurikulum melainkan hal yang lebih luas lagi. Hal ini senada dengan pernyataan pakar kurikulum Prof. Nana S. Sukmadinata dalam sebuah seminar nasional di UPI bahwa KTSP bukanlah model kurikulum seperti halnya KBK, melainkan model pengembangan kurikulum, dan model pengelolaan/manajemen pengembangan kurikulum. KTSP adalah pengembangan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) yang di Australia dikenal dengan school based curriculum development (SBCD). Pengembangan kurikulum di sini mencakup kegiatan merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kurikulum.
Dalam KTSP dapat digunakan model-model kurikulum, seperti, KBK, subjek akademik, humanistik, rekonstruksi sosial, dan lain sebagainya. Namun, dalam tataran praktis karena tuntutan pencapaian standar kompetensi, yakni, siswa harus menguasai sejumlah kompetensi manakala mereka menamatkan pendidikan dalam satuan pendidikan, penggunaan model kurikulum yang mendasarkan pada pencapaian kompetensi (KBK) tidak dapat dielakkan.
Perbedaan Esensi SK dan KD
KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 ada yang masih digunakan dengan rumusan yang sama atau mirip dengan rumusan KD dalam Kurikulum 2006. Ada beberapa KD Kurikulum 2004 yang dibuang. Ada beberapa KD yang baru dalam Kurikulum 2006. Sehingga kalau ruang lingkup materi (scope) ini dijadikan ukuran, maka memang tidak terlalu banyak perbedaan Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006. Namun KD-KD yang ada dalam Kurikulum 2004 tersebut direkonstruksikan kembali, ditata kembali sedemikian rupa sehingga menjadi sangat berbeda dalam urutannya (sequence).
Pemindahan KD sebagai penataan kembali KD dari Kurikulum 2004 ini terjadi pada semua mata pelajaran dan semua jenjang sekolah pada Kurikulum 2006. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas, terlebih jika sekolah berkehendak akan melaksanakan Kurikulum 2006 secara penuh pada tahun pembelajaran 2006/2007 ini.
Akibat perubahan dan penataan kembali SK dan KD pada Kurikulum 2006, maka akan berdampak pada manajemen kurikulum dan pembelajarannya. Persoalan manajemen kurikulum dan pembelajaran yang sangat berbeda antara Kurikulum 2004 dengan Kurikulum 2006. Kedua persoalan ini akan sangat dirasakan oleh para guru pengajarnya karena mereka adalah perencana, pelaksana dan penilai pembelajaran. Merekalah yang akan dibingungkan setiap hari dalam melaksanakan tugasnya.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
¨      manajemen kurikulum didefinisikan sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistemtik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum.
¨      Dalam melaksanakan manajemen kurikulum, sedikitnya ada 5 prinsip yang harus menjadi perhatian penting, yaitu: Produktivitas, Demokratisasi, Kooperatif, Efektivitas dan efisiensi, dan Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum.
¨      Diantara langkah-langkah pelaksanaan serta implementasi kurikulum yang dapat dilakukan oleh satuan pendidikan/sekolah adalah melalui 4 tahap, yaitu: Perencanaan Kurikulum, Pengorganisasian Kurikulum, Implementasi Kurikulum, dan Evaluasi Kurikulum.
¨      Keberhasilan pelaksanaan kurikulum di sekolah tidak terlepas dari beberapa sumber daya pendukung, di antaranya adalah manajemen sekolah,  pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran, penggunaan strategi dan model-model pembelajaran, dan kinerja guru.
¨      Kurikulum menjadi sebuah aspek utama yang tak termentahkan dalam menunjang keberhasilan sebuah pendidikan. KBK merupakan model kurikulum sedangkan  KTSP merupakan pengembangan dan pengelolaan  kulrikulum yang dikembangkan di Indonesia.
¨      Banyak kalangan termasuk kalangan pendidikan mengira bahwa keduanya tidak jauh berbeda padahal antara keduanya tidak bias dibandingkan. Jika KBK merupakan model kurikulum yang hanya mengatur mata palajaran sedangkan KTSP merupakan satuan kompleks dalam menunjang suatu pendidikan.


http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com

2 komentar: